Kamis, 23 Februari 2012

Muhammadiyah Iran


Sejarah Muhammadiyah Iran

Oleh: M. Zuhdi Zaini
Ketua PCIM Iran dan Mantan Kedua Pemuda Muhammadiyah DKI Jakarta

Alhamadulillah, Surat Keputusan  Pimpinann Pusat Muhammadiyah Tentang Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Republik Islam Iran tiba juga di Kota Qom Iran. (2005). SK ini memang sangat saya nantikan kehadirannya di Negara Imam Khomaeni. Betapa tidak!  Berdirinya PCIM di Iran tidak berjalan mulus seperti terjadi di Negara-Negara lain. Kehadirannya merupakan hasil perjuangan panjang yang diiringi penderitaan dan derai air mata dari isteri dan anak-anakku.
Beberapa bulan setelah sampai di Iran dalam rangka penelitian penulisan disertasi, saya tergerak untuk mendirikan PCIM Iran. Bagiku Muhammadiyah bagai darah yang mengalir di tubuhku. Ayahku pernah menjadi anggota KOKAM (Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah) tahun 1965 dan ibuku anggota Nasyiatul Aisyiayh (Organisasi Putri Muhammadiyah). Akupun aktifis Muhammadiyah. Karier organisasiku bermula dari ketua Pimpinan Cabang Pemuda Muhammdiyah  Slipi Kotabambu, Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Jakarta Barat dan ketika saya berangkat ke Iran, sebagai Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah DKI Jakarta. Disamping itu, saya juga pernah menjadi ketua Majlis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam tingkat  Jakarta Barat dan juga wakil sekretaris Majlis Tarjah tingkat propinsi Jakarta.
Keinginan untuk mendirikan PCIM Iran didorong oleh banyaknya pelajar dan mahasiswa Indonesia di Iran yang berasal dari keluarga Muhammadiyah terutama dari Makassar dan sekitarnya. Namun, ternyata ini awal dari penderitaan bagi keluargaku. Pembaikotan rencana pendirian PCIM dilakukan oleh pelajar dan mahasiswa Indonesia yang mempunyai latar belakang yang berbeda denganku.  Mereka sangat anti Muhammadiyah dan itu ditunjukkan dengan tulisan mereka tentang Muhammadiyah di webside mereka. Diantaranya: “ Awas Wahabi Masuk Qom”, “Muhammadiyah Tidak berjenis Kelamin”, dan Muhammadiyah Akan Ditinggal Orang”. Belum puas hasad mereka kepada saya, mereka pun melaporkan dan memfitnah kami kepada pemerintah Iran dalam hal ini ke tempat saya belajar yaitu International Center for Islamic Studies yang sekarang bernama al Mushtafa International University tentang Muhammadiyah versi mereka.
Seandainya, perlakuan buruk itu dilakukan oleh orang Iran, tentu saya memakluminya. Namun, sungguh ironis yang memusuhi saya dan keluarga saya justru orang-orang Indonesia karena mereka tidak mau melihat Muhammadiyah ada di Iran. Semua perlakuan dan tingkah laku yang tidak rasional itu saya sambut dengan baik, saya teringat pesan nabi, orang yang baik tidak akan menjelekkan orang lain atau berbuat baiklah semaksimal mungkin, apabila engkau tidak sanggup berbuat baik, janganlah kamu berbuat jahat. Sabda lain, sebaik-baik manusia adalah mereka yang lebih bermanfaat bagi sesama.
Seorang tokoh Iran yang tinggal di Jakarta membenarkan ketidaksukaan sebagian orang Indonesia kepada Muhammadiyah.  Apapun yang terjadi, sebagai aktifis Muhammadiyah saya tidak akan mundur sedikitpun, karena saya tidak melakukan keburukan. Fitnah mereka berhasil, akibat logis yang mesti saya dan keluarga terima adalah hampir setiap bulan, seorang intel mendatangi rumah kami dan menanyakan berbagai masalah. Sungguh kehadiran intel ke rumah sangat mengganggu kuliah saya. Melihat kondisi yang semakin tidak kondusif terkadang anak dan isteri saya menangis melihat saya berjuang sendirian. Beberapa kali saya dipanggil ke sekolah dan diinterogasi hingga 2 - 3 jam hanya untuk menjelaskan alasan mengapa saya mendirikan Muhammadiyah di Iran.
Walaupun cobaan dan penderitaan menerpa kami, namun Allah Swt Maha Adil. Seorang tokoh Iran memanggil saya dan meminta kepada saya untuk menulis sebuah artikel tentang Muhammadiyah karena menurut dia Muhammadiyah adalah organisasi Islam ternama di Indonesia. Kenyataan yang menggembirakan lagi adalah ada sebuah skripsi yang ditulis oleh mahasiswa asal Azarbaizan tentang Muhammadiyah, sungguh membahagiakan. Dan kegembiraan meluap ketika prestasi anak-anakku di sekolah mencapai nilai yang tinggi.
Sebagai kader yang terlahir dari keluarga Muhammadiyah, saya berusaha memberikan pemahaman yang obyektif kepada pihak Iran dan al hamdulillah mereka dapat memahaminya dengan baik. Diantara fakta dan data yang saya sampaikan adalah sebagai berikut. Pertama, jumlah anggota dan simpatisan Muhammadiyah kurang lebih 30 juta itu berarti separoh dari penduduk Negara anda. Kedua, Muhammadiyah memiliki ratusan lebih universitas dan sekolah tinggi dan pembiayaan itu sebagian besar merupakan hadiah, wakaf dan infak dari anggota dan simpatisan Muhammadiyah. Ketiga, Muhammadiyah memiliki ratusan rumah sakit dan balai kesehatan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Keempat, Muhammadiyah memiliki ribuan sekolah dasar hingga sekolah menengah tingkat atas.
Alhamdulillah, kesabaran membawa hasil,  setelah mengalami perjalanan panjang yang  melelahkan,. akhirnya  penderitaan berubah menjadi kebahagiaan,  kesulitan menjadi kenikmatan, dan ini meneguhkan kebenaran al Qur’an bahwa sesungguhnya didalam duka tersimpan suka, didalam kesulitan ada kemudahan. PCIM Iran berdiri dan mempunyai nilai tersendiri bagi pemerintahan Iran, khsususnya di mata Markaje Jahon-e Ulum-e Islamy. (bersambung)