Jumat, 25 Mei 2012

Al-Qur'an dalam ayat dan riwayat (1)

Al Qur'an wahyu yang diturunkah dari Allah.

Dalam kajian aqidah peran akal dan pemahaman sangat penting. Oleh karena itu dalam pembahasan dan pengamalan aqidah setiap muslim mukallaf tidak dibenarkan bertaklid kepada siapapun. Pengkajian terhadap dalil naqli dan akal sangat diperlukan. Sebagaimana kita ketahui bahwa ada 5 pokok utama dalam pembahasan aqidah yaitu pengenalan Allah (makrifat Allah), pengenalan Nabi (makrifat al Nubuwat), pengenalan Imam (makrifat al Imamat),  pengenalan terhadap keadilan Tuhan (makrifat adalat), dan pengenalan hari kemudian (makrifat al ma'ad)

Kita akan mulai pembahasan kita tentang dalil yang pertama yaitu dalil naqli, al Qur'an. Secara umum kaum muslimin meyakini al Qur'an mempunyai beberapa sifat dan makna diantaranya adalah:
a.   Al Qur'an adalah wahyu yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad Saw (QS. Al An'am/6:19, al Isra'/17:82, al Baqarah/2:185, al Furqan/25:1 dan al Zumar/39:23.
b.  Al Qur'an sebagai  nur (cahaya), rahmat (kasih sayang Tuhan) dan Dhiya (sinar seluruh alam). (QS. al Maidah/5:15, al Isra'/17:82, al Nisa/4174 dan al An'am/6:104)
c.   Al Qur'an sebagai zikr peringatan, tazkirah dan zikra (peringatan) (QS. Ali Imran/3:58, al An'am/6:90, al A'raf/7:63, Hud/11:120, Qaf/50:37, al Mudatsir/74:49 dan al Haqah/69:48
d.  Al Qur'an  kitab mubin (kitab yang jelas) yang membedakan antara  hak dan batil. (QS. al A'raf/7:52, Ibrahim/14:1, al Nahl/16:89, al Isra'/17:106 dan al Naml/27:89)
e.   Al Qur'an Tibyan li kulli syai' (penjelas segala sesuatu) ia adalah kebenaran yang berbicara tentang kebenaran. (QS al An'am/6:38, al Nahl/16: 89, al Kahf/18: 29, al Sajdah/32:3, al Jatsiyah/45:29 dan al Najm/53:3-4)
f.    Al Qur'an Hudan yang memberi petunjuk kepada kebenaran. (QS al Baqarah/2:1-2, al Maidah/5:16, dan al Isra'/179)
g.   Al Qur'an adalah shidqu (kebenaran), Mubarak (keberkahan) dan Mushaddik (membenarkan). Arti ini dijelaskan dalam al Qur'an sebagai berikut: QS. al An'am/6:92, al Ambiya/21:50, al Shoffat/37: 37, Shad/38:29, al Zumar/39: 32-33)
h.   Al Qur'an sebagai ahsan al Qasas (sebaik-baiknya kisah) dijelaskan dalam QS. Yusuf/12:3, al Zumar/39:23 dan al Zumar/39:55)
i.     Al Qur'an sebagai mu'jiz (melemahkan berbagai argumentasi) dijelaskan dalam QS. al Baqarah/2:23, Hud/11:13, dan al Isra'/17:88)
j.    Al Qur'an sebagai maui'dzah (pelajaran), mundzir (pemberi peringatan) dan mubasysyir ( sebagai pemberi khabar gembira). QS. Hud/11:120, al Kahf/18:2 dan Maryam/19:97)

Dari ayat-ayat diatas dapat disimpulkan bahwa al Qur'an adalah kitab mubin yang tidak ada keraguan didalamnya. Ia merupakan petunjuk dan pelajaran bagi orang yang bertakwa. Diturunkan dari sisi Allah Swt yang Maha Bijaksana. Diwahyukan kepada hamba-Nya  yang jujur lagi mulia. Al Qur'an merupakan cahaya, rahmat dan berkah  yang membenarkan  kitab sebelumnya. Ia menjelaskan tentang ilmu pengetahuan, memberi petunjuk menuju jalan yang lurus yang tidak bengkok. Didalamnya ada berita gembira untuk orang mukmin dan peringatan bagi orang kafir dan fasik.  Ayatnya hadir dengan jelas dan mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya Ilahi. Ia memberi petunjuk kepada orang yang mengikuti keridhaannya menuju Islam dan kepada jalan yang lempang. Penjelas bagi segala sesuatu dan tidak menyia-nyiakan sesuatu. Ia juga merupakan sebaik-baiknya kisah yang terjadi di bumi dan di langit, peringatan  dan tazkirah bagi seluruh alam. Obat dan rahmat bagi orang yang beriman yang diterima Rasulallah dari Allah yang Maha bijaksana lagi Maha Mengetahui. Tidak ada seorangpun yang mampu membuat sepertinya walaupun diantara mereka saling menolong. Ia merupakan pembeda antara hak dan batil, burhan (bukti) dan basyirah dari sisi Tuhan yang Maha Perkasa. Penerang bagi mereka yang melihat dan hidayah bagi mereka yang mencari petunjuk. Ia adalah kebenaran yang tidak pernah diucapkan oleh Rasulallah berdasarkan hawa nafsunya. Siapa yang berpegang kepada petunjuknya, akan selamat dan siapa yang menentangnya akan tersesat. Al Qur'an  telah menjelaskan sifatnya dalam al Qur'an itu sendiri  selain dari yang penulis kemukakan di atas seperti berikut nya : ahsan al hadits (al Zumar/39: 23, ahsanu ma unjia (sebaik-baiknya yang diturunkan) al Zumar/3955, Balagh (penyampai), Ibrahim/14:52, bayan (penjelas), Ali Imran/3:138, Bayyinah (menjelaskan) al An'am/6: 157, Tafsir li kulli syai'( menguraikan segala sesuatu), Yusuf/12:111,  Habl Allah (tali Allah), Ali Imran/3103, hadits (perkataan) al Thur/52:34, Hasratan ala al Kafirin (kerugian bagi orang-orang kafir) al Haqqah/69:50, hakim (bijak) Yasin/36:1-2, Haq al yakin (kebenaran yang pasti), al Haqqah/69:51, ruh (ruh) al Syura/42:52, Shuhuf Muthaharah (lembaran suci) al Bayyinah/98:2, Arabiyun (bahasa serumpun arab) Yusuf/12:2, Aziz (perkasa) Fushilat/41:41, Adzim (besar) al Hijr: 87, Ilm (ilmu) al Ra'd/13:37, Aliyun (tinggi) al Zuhruf/43:4, Qaul (perkataan)al Qashash/28:51, Qaul Rasul Karim (perkataan Rasul yang mulia) al Takwir/81:19, Qaul fasl (perkataan yang jelas) al Thariq/86:13, Kitab (kitab, tulisan) al Baqarah/2:1-2, Karim (mulia) al Waqiah/56:77, Kalam Allah (firman Allah) al Taubah/9:6, kalimat (kalimat) al An'am/6:115, Mubarak (keberkahan) al An'am6:92, Mutasyabih (serupa)al Zumar/39:23, Matsani (berulang atau dua kali) al Zumar/39:23, Majid (mulia) Qaf/50:1-2, Mau'izdah (pengajaran) Ali Imran/3:138, Muhin (pemelihara) al Maidah/5:48. Disamping ayat-ayat yang telah dikemukakan ditas ada banyak hadits yang menjelaskan kemuliaan dan sifat al Qur'an. Diantaranya dalam kitab Bihar al Anwar, jilid 19 dan Nahj al Balaghah 117, khutbah ke 86. berikut ini akan dikutip beberapa hadits yang berkaitan dengan al Qur'an.

Amirul Mukminin Ali Ibn Abi Thalib berkata: Dan didalam al Qur'an itu ada berita tentang berbagai peristiwa sebelummu, berita yang akan terjadi sesudahmu dan hukum diantaramu.

Rasulallah Saw bersabda: Hai manusia sesungguhnya kamu berada dalam negeri yang damai hingga ia bersabda: Apabila fitnah menyelimuti kamu seperti gelapnya malam , maka berpeganglah kepada al Qur'an.  Karena al Qur'an itu pemberi syafa'at, pembawa kebenaran  orang yang menjadikannya sebagai imam akan mengantarkan ke surga. Siapa yang menjadikannya dibelakang akan tergiring ke neraka, ia adalah dalil yang menunjukkan kepada jalan kebenaran. Ia adalah kitab yang berisi  tafsil, bayan dan tahsil, ia bukan penjelas yang bergurau. Dia mempunyai dimensi zahir dan batin. Sisi zahirnya  adalah hukum, sisi batinnya adalah ilmu. Sisi zahirnya penuh dengan keindahan, sisi dalamnya memuat kedalaman makna, ia mempunyai sinar bintang gemintang, keajaibannya tidak terhingga dan tidak ada keburukannya. Didalamnya terdapat cahaya hidayah dan sinar hikmah serta dalil makrifat bagi orang yang mengenal sifat.


Rasulallah Saw bersabda: Al Qur'an adalah petunjuk dari kesesatan, penjelas dari kebutaan, penyelamat dari segala halangan, cahaya dari kegelapan, sinar dari kegelapan, pemelihara dari kecelakaan, penunjuk dari kebimbangan, penjelas dari segala fitnah, menyampaikan dari dunia hingga akhirat dan didalamnya terdapat kesempurnaan agamamu dan tidak ada seorangpun yang berpaling darinya kecuali tercampakan kedalam neraka.

Dalam kesempatan lain, Imam Ali a.s. bersabda: Ketahuilah bahwa al Qur'an itu adalah nasihat yang tidak menipu, petunjuk yang tidak menyesatkan, ungkapan yang tidak ada dusta,  orang yang duduk bersama al Qur'an akan mempunyai dua konsekwensi yaitu  bertambah atau berkurang. Bertambah  dalam meraih petunjuk dan berkurang dari kebutaan hidup. Ketahuilah bahwa tidak ada kesusahan  bagi seorang setelah mengenal al Qur'an dan tidak ada kekayaan yang sebenarnya sebelum ia mengenal al Qur'an. Obatilah segala penyakitmu dengan al Qur'an dan minta tolonglah melalui al Qur'an. Ketahuilah sesungguhnya penyakit yang terbesar  adalah kufur dan nifak, melampui batas dan kesesatan. Mintalah kepada Allah melalui al Qur'an dan hadapkanlah diri kepada al Qur'an dengan kecintaan dan jangan memohon kepada makhluk-Nya. Dan ketahuilah bahwa al Qur'an pemberi syafa'at dan akan memberikan syafa'at, perkataan yang membenarkan, dan siapa yang memohon syafaat melalui al Qur'an, ia akan mendapatkannya.

Nabi Muhammad saw dalam riwayat yang dikemukakan oleh ibn Mas'ud bersabda: Sesungguhnya al Qur'an adalah sumber pendidikan dan peradaban, maka pelajarilah sumber pendidikan ini semaksimal mungkin. Al Qur'an adalah tali Allah yang kuat, ia merupakan cahaya yang terang, obat yang bermanfaat, ia akan memelihara dan melindungi orang yang berpegang kepadanya, akan menyelamatkan orang yang mengikutinya, tidak ada jalan menyimpang melainkan ia meluruskannya. Maka bacalah al Qur'an  karena Allah akan memberikan ganjaran  setiap huruf yang kalian baca dengan sepuluh pahala. Apabila kalian membaca alif lam mim, maka alif sepuluh, lam sepuluh dan mim sepuluh ganjaran.

Amirul Mukminin Ali ibn Abi Thalib berwasiat kepada anaknya Muhammad ibn al Hanafiyah: Hendaknya engkau membaca al Qur'an dan mengamalkannya. Mengamalkan kewajiban yang dinyatakannya, syari'at, halal dan haram, perintah dan larangannya, bersungguh-sungguhlah dalam meraihnya, bacalah al Qur'an di malam dan siang hari. Allah Swt telah berjanji kepada semua makhluk-Nya bahwa  merupakan kewajiban bagi setiap muslim untuk memperhatikanya setiap malam dalam hidupnya walau 50 ayat.

Amirul mukminin Ali Ibn Abi Thalib berkata: Aku mendengar Rasulallah saw bersabda: Jibril a.s. bertanya kepada Nabi Muhammad, Ya Muhammad akan terjadi fitnah dikalangan umatmu, apa jalan keluarnya ? Rasulallah menjawab: Kitabullah yang didalamnya ada berita tentang umat terdahulu, informasi tentang umat sesudahmu, hukum diantara kalian, ia merupakan penjelas yang tidak ada kekurangan. Siapa yang menentangnya dengan kangkuhan dan mengamalkan selain Al Qur'an, Allah akan menghancurkannya, siapa yang berpegang kepada petunjuknya selainnya Allah akan menyesatkannya. Ia merupakan tali Allah yang kuat, zikr hakim, jalan yang lurus, tidak ada kesia-siaan dan tidak pula bercampur dengan perkataan dan tidak akan pernah puas orang yang mendalaminya. Siapa yang berkata berdasarkan al Quir'an pasti benar, yang mengamalkannya diberi ganjaran, dan siapa yang berpegang teguh kepadanya akan memperoleh jalan yang lurus. Ia adalah kitab al aziz yang tidak ada kebatilan dihadapan dan dibelakangnya diturunkan dari Allah yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.


Ayat dan riwayat yang mengajak bertadabbur

Diantara ayat-ayat memerintahkan dan merangsang kita agar selalu meneliti dan mengkaji seluruh fenomena sebagai berikut: (QS. Muhammad/47:24, Shad/38:29, al Mukminun/23:68, al Baqarah/2:2:219, al A'raf/7:184, al Rum/30:8, Ali Imran/3:191, al Nahl/16:44, al Zumar/39:42, al Nisa/4:82, Yusuf/12:2, al Baqarah/2:164, al Anfal/8:22, al Qashahs/28:51, al Zumar/39:27, al Dukhan/44:58, al Baqarah/2:269 dan al A'raf/7:179.

Al Qur'an mengajak kita agar selalu mencari ilmu yang dapat membedakan antara yang hak dengan batil.(al Ra'd/13:19, al Haj/22:54 dan al Zumar/399. Karena ilmu pengetahuan merupakan nikmat pertama yang diberikan kepada manusia (Qs. al Rahman/55:1-4) Dan Allah Swt memberikan nikmat yang pertama ini kepada seluruh Nabi-Nya berupa ilmu dan makrifat (al Nisa/4:113). Allah Swt juga mengingatkan bahwa al Qur'an tidak akan memberi manfaat kecuali bagi mereka  yang cerdas yang mau memahami dan mempelajarinya. (QS al Ankabut/29:43, al Rum/30:22, al Taubah/9:11Fushilat/41:3) dan Allah Swt mengingatkan bahwa hanya ulama saja yang akan mencapai tingkat khasyyah yang sempurna (QS. Fatthi/35:28).

Ayat-ayat di atas menjelaskan secara jelas bahwa Setiap manusia harus selalu mengkaji dan meneliti semua fenomena yang nampak maupun yang tidak nampak. Dengan melakukan proses ilmiah ini seorang akan mampu membedakan mana yang baik dan benar yang sesungguhnya dan mana yang buruk dan batil. Karena tidak sedikit orang mengklaim bahwa perkataan dan pernyataannya itu benar menurut pikiran dan pandangan yang semu bukan kebenaran hakiki. Orang yang mampu memahami isyarat al Qur'an adalah mereka yang cerdas saja. Yaitu orang-orang yang rela mengesampingkan hawa nafsu dan interpretasi individunya menuju ketaatan maksimal kepada kebenaran ilahi walau tidak sejalan dengan keinginannya. Imam Ali berpesan: kalian tidak akan melihat orang yang jahil kecuali dengan perbuatannya yang melampaui batas atau melalaikannya. (Nahj Balaghah, 479 hikmah ke 70). Orang yang tidak cerdas atau bodoh apabila ia mengamalkan sesuatu tidak akan mencapai kesempurnaan, ia selalu berapa di dua sisi " berlebih-lebihan" atau " lalai" (mari intropeksi diri). Lebih lanjut Imam Ali mengatakan: Ilmu pengetahuan itu adalah warisan yang mulia dan tidak ada yang mulia seperti  kemuliaan ilmu. Imam Ali dalam salah satu khutbahnya mengatakan: Orang yang beramal tanpa ilmu pengetahuan seperti orang yang berjalan bukan diatas jalan ia tidak akan bertambah jauh menuju jalan yang benar sebaliknya ia akan semakin jauh dari kebutuhan dan hajatnya. Sedangkan orang yang beramal dengan landasan ilmu seperti orang yang berjalan diatas jalan yang benar, ia akan memperhatikan, apakah ia meneruskan perjalanannya atau ia kembali. Pada kesempatan lain Imam Ali berkata kepada Kumail: Ilmu pengetahuan itu lebih baik dari harta. Ilmu akan menjaga harta  sedangkan engkau harus menjaga harta. Harta akan berkurang dengan menafkahkannya sedangkan ilmu akan bertambah  dengan  menginfakkannya. Orang yang memelihara harta akan hilang dengan hilangnya harta. Kemudian Imam Ali menasehati Kumail, hai Kumail celakalah orang yang menimbun harta sekalipun ia hidup sedangkan orang yang berilmu akan terus hidup sepanjang masa, orangnya (ulama) telah mininggal namun ilmunya tetap ada dalam hati sanubari.

Diantara ayat al Qur'an yang  menjelaskan orang-orang yang mempelajari ilmu adalah (QS Yunus/10:35, al Nahl/16:43, al Hasyr/59:7 dan al Baqarah/2:151, al Nahl/16:44dan Abasa/80:24). Kepada siapa kita harus mencari ilmu pengetahuan ? Jawabannya pasti kepada mereka yang tercerahkan, mereka yang mempunyai ilmu pengetahuan. Siapa orang yang mempunyai ilmu pengetahuan itu ? Dalam bihar al anwar diriwayatkan: Ali ibn Suwaid al Sa'i berkata: Abu al Hasan menulis surat kepadaku saat ia dipenjara:  Hai Ali kepada siapakan seorang harus mengambil ilmu agamamu? Janganlah kamu mengambil ilmu agamamu selain dari syi'ah kami, karena apabila engkau mengambil ilmu dari selain mereka, engkau akan mengambilnya dari orang-orang yang berkhianat kepada Allah, Rasul-Nya dan mengkhianati amanatnya. Sesungguhnya mereka apabila diberi amanat,  mereka akan merubah dan  menggantinya. Mereka akan mendapat laknat dari Allah, Rasul-Nya, Malaikat, ayah-ayah kami, laknat dari kami dan laknat dari syi'ah kami sampai hari kiamat. Lebih lanjut Abi Abdillah, Ja'far Shadiq a.s. bersabda: Allah Swt tidak akan mengalirkan sesuatu kecuali dengan sebab dan setiap  sebab ada penjelasnya dan setiap penjelas ada ilmunya dan setiap ilmu ada pintunya yang berbicara. Akan mengetahui orang yang mengtahui pintu itu dan tidak akan mengetahui orang yang tidak mengenal pintu itu, mereka adalah Rasulallah dan kami (ahlul bait). Nabi Muhammad saw bersabda: Siapa yang mempelajari satu bab ilmu  dari orang yang terpercaya, akan lebih baik dari shalat 1000 rakaat. Untuk mencapai kepada tingkat yang lebih baik, maka hendaknya setiap muslim mengambil ilmu dari sumbernya yang terpercaya. Nabi Muhammad Saw bersabda: Aku adalah kota ilmu dan Ali ibn Abi Thalib adalah pintunya. Siapa yang hendak masuk ke kota ilmu hendaknya ia masuk melalui pintunya (Ali Ibn Abi Thalib dan halul bait). Berpikir dan merenung merupakan jalan menuju kesempurnaan. Imam Ali a.s. berkata: Siapa yang berpikir akan melihat, siapa yang melihat akan memahami dan siapa yang memahami akan memperoleh ilmu. Berpikir itu akan melahirkan hikmah. Berpikir akan meninggikan akal, Berpikir akan menerangi hati. Berpikir akan menunjukkan kepada kebenaran. Bertafakkur akan mengantarkan kepada kebaikan dan amal. Siapa yang berpikir akan melihat. Dasar akal adalahberpikir dan buahnya adalah keselamatan (salamah). Imam Hasan a.s bersabda: Aku wasiatkan kepadamu berkaqwalah kepada Allah dan hendaknya selalu berpikir, karena berpikir itu ayah dan ibu segala kebaikan.

Perilaku Islami Dalam Bekerja



وَقُلِ اعْمَلُواْ فَسَيَرَى اللّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ 

Dan katakanlah, bekerjalah kamu, maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.(QS al Taubah/9:105)



يَعْمَلُونَ لَهُ مَا يَشَاءُ مِن مَّحَارِيبَ وَتَمَاثِيلَ وَجِفَانٍ كَالْجَوَابِ وَقُدُورٍ رَّاسِيَاتٍ اعْمَلُوا آلَ دَاوُودَ شُكْراً وَقَلِيلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ 

Para jin itu berbuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi, patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih.(QS. Saba/34:13)



يَا أَيُّهَا الْإِنسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَى رَبِّكَ كَدْحاً فَمُلَاقِيهِ
Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya.(QS al Insyiqaq/84:6)



فَإِذَا فَرَغْتَ فَانصَبْ
Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. (QS al Insyirah/94:7)

 

Definisi al Silmu, al salamah dan al Islam


Al silmu atau al salamah secara etimologi artinya sunyi dari cacat lahir maupun batin. Dalam al Qur’an kata al salamah atau al silmu dalam arti bersih atau suci batin terekam dalam surat al Syu’ara ayat 89


(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. (QS al Syu’ara/26:88-89)

ž
Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya (Nuh). (lngatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci. (QS al Shoffat/37:83-84)


Makna qolbin salim mencakup beberapa makna. Pertama, qolbin salim artinya hati yang tidak ada keraguan terhadap apa yang diperintahkan Allah kepadanya. Pada hari tarwiyah nabi Ibrahim ragu apakah mimpi tentang penyembelihan anaknya Ismail berasal dari dari Tuhannya atau bukan? lalu Allah meneguhkan hatinya dengan keyakinan dan menghilangkan keraguan.

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, hai anakku sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. maka fikirkanlah apa pendapatmu. ia menjawab, wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. (QS al Shoffat/37:102)

Kedua, qolbin salim artinya hati yang tidak melakukan kerusakan dan maksiat. Tabarsi menulis dalam kitabnya, al bayan bahwa semua gerak perbuatan manusia merupakan refleksi dari kesadaran hatinya. Hati yang baik akan melahirkan kebaikan dan hati yang buruk akan melahirkan keburukan.[1] Kerajian dan kesungguhan dalam bekerja sangat ditentukan oleh kondisi hati seseorang. Lebih lanjut katanya, apabila hati sehatnya, maka akan sehat dan baik seluruh perbuatannya sebaliknya apabila hatinya sakit, maka akan buruk perbuatannya. Ketiga, hati yang sehat adalah hati yang bersih dari segala bentuk perbuatan syirik. Orang-orang yang hatinnya dipenuhi oleh keinginan dipuji oleh orang lain dalam berbuat, riya, maka saat menghampiri Tuhannya akan celaka, karena dia tidak mengharapkan ridha Allah tetapi pujian dari makhluk. Ali ibn  Ibrahim al Qumi berkata, yang dimaksud dengan qolbun salim adalah orang yang menghampiri Tuhannya, sedang dihatinya tidak ada sesuatu selain Allah Ta’ala.[2]

Sedangkan yang dimaksud al silmu dan al salamah dalam arti lahir adalah suci atau bersih dari cacat lahir. Seperti digambarkan dalam surat al Baqarah tentang sapi yang tidak mempunyai cacat lahir.
ƒ

Musa berkata, sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak sawah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya. Mereka berkata, sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya. Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu.


Sedangkan kata al Islam artinya penyerahan diri kepada Allah swt secara total, lahir maupun batin. Di dalam kata al Islam terdapat unsur ketaatan, ketundukan dan pasrah kepada semua yang ditetapkan oleh Allah swt. Secara biologis semua manusia terikat oleh sunnatullah, tidak ada seorangpun yang mampu keluar dari sunnatullah itu. Allah menegaskan dalam al Qur’an’


Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan Hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.(QS ali Imran/3:83)


Islam dalam arti ketundukan yang terpaksa ini disebut oleh Isfahani dengan Islam bi al taskhir artinya penyerahan diri secara terpaksa. Langit, bumi, air, matahari dan semua makhluknya secara biologis patuh kepada sunnatullah yang telah ditetapkannya dan tidak ada satupun makhluk yang dapat keluar dari aturan-Nya itu.
Secara teologis manusia diberi kebebasan untuk memilih, namun alternatif pilihan tetap ditawarkan. Beriman kepada Allah dan rasul-Nya serta tunduk dan patuh kepada-Nya merupakan alternatif terbaik bagi mereka yang berakal.
  

Dan siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada tali yang kokoh. dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan. Dan siapa kafir, maka kekafirannya itu janganlah menyedihkanmu. Hanya kepada Kami-lah mereka kembali, lalu kami beritakan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala isi hati.(QS Lukman/31:22-23)
 

Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.(QS ali Imran/3:19)


Siapa mencari agama selain agama islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.(QS Ali IMran/3:85)

Islam dalam arti kedua ini disebut dengan al islam bi al ikhtiar. Dari pengertian al silmu, al salamah dan al Islam, dapat dipahami bahwa pribadi Islami adalah pribadi yang mempunyai karakter sebagai berikut:

1.      Bertauhid kepada Allah  swt dan tidak menyekutukan-Nya dengan segala sesuaatu.
2.      Tidak ragu terhadap ketetapan Allah swt dan rasul-Nya.
3.      Tunduk, patuh dan pasrah kepada semua aturan yang telah disyariatkan-Nya.
4.      Tidak berbuat dosa, maksiat dan kerusakan di muka bumi.
5.      Menjadikan al Islam sebagai satu-satunya pilihan rasional dalam menjalankan roda kehidupan ini



Prilaku Islami Dalam Bekerja


Di dalam al Qur’an kata iman selalu diiringi dengan kata amal soleh. Keimanan yang tidak teraktualisasi dalam bentuk karya nyata akan menjadi sebuah keyakinan semu. Amal adalah semua aktivitas yang dilandasi oleh kesadaran ilmiah. Oleh karena itu kata iman dan amal tidak diiringi dengan kata ilmu karena didalam kata amal sudah terdapat unsur ilmiah. Isfahani membedakan antara kata amal dan fiil walaupun artinya sama yaitu berbuat atau bekerja, namun hakikat dari kedua itu memiliki perbedaan. Menurut Isfahani amal adalah semua aktivitas yang dilakukan oleh makhluk berakal sedangkan fiil adalah aktivitas yang dilakukan oleh makhluk yang tidak berakal.  Kedudukan amal didalam Islam sangat tinggi hingga untuk mencapai kehidupan yang baik dan layak, Allah mendahulukan kata amal daripada iman


Siapa yang mengerjakan amal soleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS al Nahl/1:97)


Menurut Ibnu Abbas bahwa yang dimaksud dengan hayatan toyyibah atau kehidupan yang baik adalah rizki yang halal. Al Hasan dan Atho berkata hayatan toyyibah artinya qonaah dan ridho dengan apa yang Allah berikan kepadanya. Sedangkan menurut Qatadah dan Mujahid hayatan toyyibah kehidupan surga karena pada hakikatnya tidak ada kehidupan yang baik kecuali di surga.[3]  Hadi Syabzawari dalam tafsirnya menjelaskan bahwa hayatan toyyibah adalah kehidupan yang  sesungguhnya yang berbeda dengan kehidupan pertama ini.[4]
Pribadi muslim yang memenuhi karakter sebagaimana dikemukakan di muka akan dapat mewujudkan kehidupan yang baik apabila diikuti dengan amal soleh. Bekerja adalah identitas pribadi Islam, siapa yang tidak bekerja berarti telah menghilangkan jatidirinya sebagai muslim. Ali bin Abi Thalib berkata, seorang ilmuan yang tidak beramal dengan ilmunya sesungguhnya dia bukanlah ilmuan.  Bahkan al Qur’an mencela orang-orang yang hanya pandai berkata-kata namun tidak diikuti oleh amal yang nyata.


Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (QS al Shoff/61:2-3)

Bekerja adalah identitas pribadi muslim. Allah, rasul-Nya dan semua orang-orang yang beriman akan menyaksikan prestasi dan kreasi mereka. Islam adalah agama yang dipentaskan dalam bentuk amal nyata.



Dan katakanlah, bekerjalah kamu, maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.(QS al Taubah/9:105)


Ayat ini mengisyaratkan dan memerintahkan agar setiap manusia bekerja dan berbuat. Semua amal dan perbuatan manusia akan disaksikan oleh Allah, rasul-Nya dan semua orang yang beriman, baik atau buruk. Allah akan memperlihatkan semua perbuatan hamba-Nya baik dan buruk kemudian Allah pula yang akan membalas setiap perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Setiap kebaikan akan dibalas dengan kebaikan, demikian sebaliknya setiap perbuatan buruk akan dirasakan akibatnya.

 
Katakanlah, hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya akupun berbuat (pula). kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik di dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan. (QS al An’am/6:135)


Menurut ibnu Abbas makanatikum artinya thariqotikum, maka ayat itu berarti berbuatlah kalian sesuai dengan jalan hidupmu dan aku berbuat sesuai dengan jalan hidupku. Setiap jalan yang kita tempuh mempunyai resiko masing-masing. Namun pesan universal dari ayat ini adalah berbuat, karena perbuatan tanda pribadi seseorang.
 
Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami, mereka tidak tersembunyi dari Kami. Maka apakah orang-orang yang dilemparkan ke dalam neraka lebih baik, ataukah orang-orang yang datang dengan aman sentosa pada hari kiamat? perbuatlah apa yang kamu kehendaki, sesungguhnya dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan.(QS Fushilat/41:40)

Tabarsi berkata, Allah swt memerintahkan kepada nabi Muhammad saw agar umatnya berbuat baik dan taat kepada-Nya dan hendaklah mereka menjauhi perbuatan dosa dan maksiat karena setiap amal yang dilakukan akan dilihat oleh Allah swt, rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Di dalam tafsir nur al tsaqalain dijelaskan bahwa setiap amal hamba akan diperlihatkan kepada nabi Muhammad saw setiap pagi, baik maupun buruknya, maka berhati-hatilah dalam berbuat.[5]  Rasulallah saw bersabda, setiap muslim adalah cermin bagi muslim yang lain.

Bekerja adalah tanda syukur kepada Allah. Syukur artinya membuka lawannya kufur artinya menutup. Orang yang bersyukur adalah mereka yang selalu membuka diri menerima kebenaran, sedangkan orang kafir adalah mereka yang menurut dirinya dari kebenaran..

 

Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih.(QS. Saba/34:13)

Tanda bersyukur adalah bekerja. Orang yang bersyukur selalu meningkatkan kualitas dan kuantitas kerjanya dan orang yang malas bekerja adalah mereka yang tidak berterima kasih kepada Allah Ta’ala. Manusia yang bersyukur akan selalu berusaha hingga Allah menambahkan rizkinya dan orang yang tidak bersyukur akan merasakan akibat dari kemalasannya itu.
 
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. (QS Ibrahim/14:7)


Bersyukur atau membuka dari dari kebenaran adalah karunia Allah. Mereka yang selalu membuka diri  akan selalu hidup dan inovatif serta semua keberuntungan akan berpihak kepadanya. Sebaliknya mereka yang menutup diri dengan tidak bersyukur, maka akan sempit dunia baginya dan tidak akan mendapatkan kelebihan kecuai yang telah ditetapkan oleh Allah  swt.
 
Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab, Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata, ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba Aku apakah Aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). dan siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan siapa yang ingkar, maka esungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia. (QS al Naml/27:40)


Bekerja dengan penuh kesungguhan. Profesionalisme dalam bekerja adalah melakukan sesuatu perbuatan secara professional dan dilakukan dengan kesungguhan dan kerja keras.  Berbuatlah yang terbaik untuk kehidupan karena kita akan menghampiri Allah dengan amal yang kita kerjakan.
 
Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya.(QS al Insyiqaq/84:6)


Manusia di dunia ini baik disadari atau tidak adalah dalam perjalanan kepada Tuhannya. dan dia pasti akan menemui Tuhannya untuk menerima pembalasan-Nya dari perbuatan yang yang mereka kerjakan,  buruk atau baik. Kesadaran dalam berbuat dan kejujuran dalam bertindak akan melahirkan perbuatan yang baik, sebaliknya tidak mempunyai kesadaran yang tinggi dalam bekerja dan tidak mempunyai  kejujuran dalam bekerja akan melahirkan bencana, baik bagi dirinya atau orang lain. Hidup adalah perjalanan menuju kematian. Setelah menempuh perjalanan di dunia, manusia akan menempuh perjalanan panjang di akhirat. Perbuatan yang jujur dan sungguh-sungguh menjadi bekal dalam menempuh perjalanan yang  tiada batas, sebaliknya kebohongan dan kemalasan menjadi beban yang berat saat menghadap Allah swt.
 
Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata: "Ambillah, Bacalah kitabku (ini) QS al haaqqah/69:19)

Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata, wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini).Dan Aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku. (QS al haaqqah/69:25-26)


Optimis dalam bekerja dan selalu menatap masa depan dengan penuh kesungguhan. Dunia adalah tempat beramal, maka selama hidup tidak ada istirahat dalam beramal. Apabila selesai melakukan sebuah pekerjaan, maka bersiaplah untuk melaksanakan pekerjaan berikutnya hingga ajal menghampiri kita.

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. (QS al Insyirah/94:7)


Sebagian ahli tafsir menafsirkan apabila kamu (Muhammad) telah selesai berdakwah, maka beribadatlah kepada Allah. apabila kamu telah selesai mengerjakan urusan dunia, maka kerjakanlah urusan akhirat, dan ada lagi yang mengatakan: apabila telah selesai mengerjakan shalat berdoalah.


[1] . Tabarsi, Majma al Bayan, jilid. 8, hlm. 508
[2] . Ali Ibn Ibrahim al Qumi, Tafsir al Qumi, hlm. 123
[3]  Tabarsi, Majma al Bayan, jilid. 6, hlm, 198
[4] N Hadi Syabzawari, syarah al asma al husna, jilid.1, hlm. 277
[5] Al Huwaizi, Nur al Tsaqalain, jilid 2, hlm. 263