Amaliah Saat Gerhana
1. Memperbanyak takbir, tahmid, tahlil dan tasbih.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ثَقِيلَتَانِ فِي الْمِيزَانِ حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ
Dari Abu Hurairah dari Nabi saw bersabda: Dua kalimat yang ringan dilisan dan berat timbangannya serta dicintai oleh Allah Yang Maha Pengasih adalah subhanallahi adzim wa subhanallahi wa bihamdihi.(HR Bukhori)
وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفْضَلُ الْكَلَامِ أَرْبَعٌ سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ
Dan Beliau bersabda: Kalimat yang utama ada empat yaitu, subhanallah, walhamdulillah wala ilaha illah wallahu akbar.
2. Memperbanyak berdoa
قَالَ سَمِعْتُ الْمُغِيرَةَ بْنَ شُعْبَةَ يَقُولُ انْكَسَفَتْ الشَّمْسُ يَوْمَ مَاتَ إِبْرَاهِيمُ فَقَالَ النَّاسُ انْكَسَفَتْ لِمَوْتِ إِبْرَاهِيمَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَادْعُوا اللَّهَ وَصَلُّوا حَتَّى يَنْجَلِيَ
Sahabat mendengar al Mughirah bin Syu’bah berkata, telah terjadi gerhana matahari pada hari meninggalnya Ibrahim (putra Nabi Muhammad saw), lalu manusia berkata, telah terjadi gerhana matahari karena matinya Ibrahim, lalu Rasulallah saw bersabda: Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari ayat-ayat Allah, tidak terjadi gerhana karena matinya seseorang, bukan pula karena hidupnya seseorang, maka apabila kamu melihat gerhana matahari atau bulan, maka berdoalah kepada Allah dan shalatlah hingga terang (gerhana selesai)
3. Shalat Gerhana
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا جَهَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَلَاةِ الْخُسُوفِ بِقِرَاءَتِهِ فَإِذَا فَرَغَ مِنْ قِرَاءَتِهِ كَبَّرَ فَرَكَعَ وَإِذَا رَفَعَ مِنْ الرَّكْعَةِ قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ ثُمَّ يُعَاوِدُ الْقِرَاءَةَ فِي صَلَاةِ الْكُسُوفِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فِي رَكْعَتَيْنِ وَأَرْبَعَ سَجَدَاتٍ
Dari Aisyah ra bahwa Rasulallah saw mengeraskan bacaannya dalam shalat gerhana bulan. Apabila setelah takbir, beliau ruku’ dan apabila bangun dari ruku, beliau membaca: Sami allahu liman hamidah, rabbana walakal hamdu, kemudian mengulangi lagi bacaaannya pada shalat gerhana matahari empat ruku’ dan empat sujud dalam dua raka’at.(HR Bukhori)
وَقَالَ الْأَوْزَاعِيُّ وَغَيْرُهُ سَمِعْتُ الزُّهْرِيَّ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ الشَّمْسَ خَسَفَتْ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَعَثَ مُنَادِيًا الصَّلَاةُ جَامِعَةٌ فَتَقَدَّمَ فَصَلَّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فِي رَكْعَتَيْنِ وَأَرْبَعَ سَجَدَاتٍ
Al Auza’i dan yang lainnya berkata, aku mendengar al Zuhri dari Urwah dari Aisyah ra bahwa telah terjadi gerhana pada masa Rasulallah saw, lalu Beliau mengutus seorang mu’adzin agar menyeru : al Shalatu Jami’ah, lalu Beliau shalat empat ruku’ dalam dua rakaat dan empat sujud. (HR Bukhori)
و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مِهْرَانَ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ نَمِرٍ أَنَّهُ سَمِعَ ابْنَ شِهَابٍ يُخْبِرُ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَهَرَ فِي صَلَاةِ الْخُسُوفِ بِقِرَاءَتِهِ فَصَلَّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فِي رَكْعَتَيْنِ وَأَرْبَعَ سَجَدَاتٍ
Dan telah menceritakan kepada kami, Muhammad bin Mihran, telah menceritakan kepada kami al Walid bin Muslim, telah mengkhabarkan kepada kami, Abdurrahman bin Namir bahwa dia mendengar Ibnu Syihab mengkhabarkan dari Urwah dari Aisyah bahwa Nabi saw menjaharkan (mengeraskan) bacaan dalam shalat gerhana bulan, Beliau shalat empat ruku’ dalam dua rakaat dan empat sujud.(HR Muslim)
وَعَن عبد الله بن عَبَّاس رَضِيَ اللَّهُ عَنْهما قَالَ: انخسفت الشَّمْس عَلَى عهد رَسُول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ فَصَلى رَسُول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ فَقَامَ قيَاما طَويلا نَحوا من قِرَاءَة سُورَة الْبَقَرَة ثمَّ ركع رُكُوعًا طَويلا ، ثمَّ رفع فَقَامَ طَويلا وَهُوَ دون الْقيام الأول ثمَّ ركع رُكُوعًا طَويلا وَهُوَ دون الرُّكُوع الأول ثمَّ سجد ثمَّ قَامَ قيَاما طَويلا وَهُوَ دون الْقيام الأول: ثمَّ ركع رُكُوعًا طَويلا وَهُوَ دون الرُّكُوع الأول ثمَّ رفع فَقَامَ قيَاما طَويلا وَهُوَ دون الْقيام الأول ثمَّ ركع رُكُوعًا طَويلا وَهُوَ دون الرُّكُوع الأول ثمَّ سجد ثمَّ انْصَرف وَقد تجلت الشَّمْس فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِن الشَّمْس وَالْقَمَر آيتان من آيَات الله لَا يخسفان لمَوْت أحد وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذا رَأَيْتُمْ ذَلِك فاذكروا الله
Dan dari Abdullah bin Abbas ra berkata, telah terjadi gerhana matahari pada masa Rasulallah saw, lalu beliau shalat dengan berdiri yang panjang (lama) seperti membaca surat al Baqarah, kemudian beliau ruku’ dengan ruku yang panjang (lama), kemudian beliau bangun dan berdiri lama lagi, namun lebih pendek daripada yang pertama, kemudian beliau ruku’ yang lama tetapi lebih pendek daripada ruku’ yang pertama, kemudian beliau sujud, kemudian berdiri lama lagi namun lebih pendek dari yang pertama, kemudian ruku’ yang lama tetapi lebih pendek daripada ruku’ yang pertama, kemudian berdiri lama lagi tetapi lebih pendek daripada yang pertama, kemudian ruku’ dengan ruku’ yang lama tetapi lebih pendek daripada yang pertama, kemudian sujud kemudian selesai. Dan sungguh telah terjadi gerhana matahari, lalu Rasulallah saw bersabda:
إِن الشَّمْس وَالْقَمَر آيتان من آيَات الله لَا يخسفان لمَوْت أحد وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذا رَأَيْتُمْ ذَلِك فاذكروا الله
Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah, keduanya tidak terjadi karena matinya seseorang, bukan pula karena hidupnya seeorang. Apabila kamu melihat itu (gerhana matahari dan bulan), maka berzikirlah kepada Allah.
Dari hadis-hadis diatas dipahami bahwa tatacara pelaksanaan shalat gerhana matahari maupun gerhana bulan adalah sebagai berikut:
A Shalat gerhana dilakukan secara berjama’ah.
B Shalat gerhana matahari maupun bulan sebanyak dua raka’at dan setiap rakaat terdiri dari dua kali ruku’ dan dua kali sujud. Maka dalam dua rakaat terdiri dari empat kali ruku dan empat kali sujud.
4. Khutbah Gerhana
عَنْ سُفْيَانَ عَنْ الْأَسْوَدِ بْنِ قَيْسٍ عَنْ ثَعْلَبَةَ بْنِ عَبَّادٍ عَنْ سَمُرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطَبَ حِينَ انْكَسَفَتْ الشَّمْسُ فَقَالَ أَمَّا بَعْدُ
Dari Sufyan dari al Aswad bin Qais dari Tsa’labah bin Abbad dari Samurah bahwa Nabi saw berkhutbah ketika terjadi gerhana matahari, seraya bersabda, amma ba’du…….
5. Bersedekah.
أيها الناس إن الشمس والقمر آيتان من آيات الله لا ينخسفان لموت أحد ولا لحياته فإذا رأيتم ذلك فصلوا وتصدقوا وكبروا
Hai manusia,sungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari ayat-ayat Allah, tidak terjadi gerhana matahari atau bulan karena matinya seseorang, dan tidak pula karena hidupnya, apabila kamu melihatnya, maka shalatlah, bersedekahlah dan bertakbirlah.(HR Ibnu Hibban dalam shohihnya)
Jakarta, 15 Juni 2011
Masjid al Istiqomah Jati Petamburan
Jakarta Pusat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar