Perilaku Islami Dalam Bekerja
Dan katakanlah, bekerjalah kamu, maka Allah
dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu
akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang
nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.(QS al
Taubah/9:105)
يَعْمَلُونَ لَهُ مَا يَشَاءُ مِن مَّحَارِيبَ وَتَمَاثِيلَ وَجِفَانٍ كَالْجَوَابِ وَقُدُورٍ رَّاسِيَاتٍ اعْمَلُوا آلَ دَاوُودَ شُكْراً وَقَلِيلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
Para jin itu berbuat untuk Sulaiman apa yang
dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi, patung-patung dan piring-piring
yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku).
Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). dan sedikit sekali
dari hamba-hambaKu yang berterima kasih.(QS. Saba/34:13)
يَا أَيُّهَا الْإِنسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَى رَبِّكَ كَدْحاً
فَمُلَاقِيهِ
Hai
manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu,
maka pasti kamu akan menemui-Nya.(QS al Insyiqaq/84:6)
فَإِذَا فَرَغْتَ
فَانصَبْ
Maka apabila kamu telah selesai (dari
sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. (QS al
Insyirah/94:7)
Definisi al Silmu, al salamah dan al Islam
Al silmu atau al salamah secara etimologi
artinya sunyi dari cacat lahir maupun batin. Dalam al Qur’an kata al salamah
atau al silmu dalam arti bersih atau suci batin terekam dalam surat al Syu’ara ayat 89
(yaitu) di hari harta dan anak-anak
laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati
yang bersih. (QS al Syu’ara/26:88-89)
Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar
termasuk golongannya (Nuh). (lngatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan
hati yang suci. (QS al Shoffat/37:83-84)
Makna qolbin
salim mencakup beberapa makna. Pertama, qolbin salim artinya
hati yang tidak ada keraguan terhadap apa yang diperintahkan Allah kepadanya. Pada
hari tarwiyah nabi Ibrahim ragu apakah mimpi tentang penyembelihan
anaknya Ismail berasal dari dari Tuhannya atau bukan? lalu Allah meneguhkan
hatinya dengan keyakinan dan menghilangkan keraguan.
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur
sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, hai anakku sesungguhnya
Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. maka fikirkanlah apa
pendapatmu. ia menjawab, wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.
(QS al Shoffat/37:102)
Kedua, qolbin salim artinya hati yang
tidak melakukan kerusakan dan maksiat. Tabarsi menulis dalam kitabnya, al
bayan bahwa semua gerak perbuatan manusia merupakan refleksi dari kesadaran
hatinya. Hati yang baik akan melahirkan kebaikan dan hati yang buruk akan melahirkan
keburukan.[1]
Kerajian dan kesungguhan dalam bekerja sangat ditentukan oleh kondisi hati
seseorang. Lebih lanjut katanya, apabila hati sehatnya, maka akan sehat dan
baik seluruh perbuatannya sebaliknya apabila hatinya sakit, maka akan buruk
perbuatannya. Ketiga, hati yang sehat adalah hati yang bersih dari
segala bentuk perbuatan syirik. Orang-orang yang hatinnya dipenuhi oleh
keinginan dipuji oleh orang lain dalam berbuat, riya, maka saat menghampiri
Tuhannya akan celaka, karena dia tidak mengharapkan ridha Allah tetapi pujian
dari makhluk. Ali ibn Ibrahim al Qumi
berkata, yang dimaksud dengan qolbun salim adalah orang yang menghampiri
Tuhannya, sedang dihatinya tidak ada sesuatu selain Allah Ta’ala.[2]
Sedangkan yang
dimaksud al silmu dan al salamah dalam arti lahir adalah suci
atau bersih dari cacat lahir. Seperti digambarkan dalam surat al Baqarah tentang sapi yang tidak
mempunyai cacat lahir.
Musa berkata, sesungguhnya Allah
berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai
untuk membajak sawah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat,
tidak ada belangnya. Mereka berkata, sekarang barulah kamu menerangkan hakikat
sapi betina yang sebenarnya. Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja
mereka tidak melaksanakan perintah itu.
Sedangkan kata al
Islam artinya penyerahan diri kepada Allah swt secara total, lahir maupun
batin. Di dalam kata al Islam terdapat unsur ketaatan, ketundukan dan
pasrah kepada semua yang ditetapkan oleh Allah swt. Secara biologis semua
manusia terikat oleh sunnatullah, tidak ada seorangpun yang mampu keluar dari
sunnatullah itu. Allah menegaskan dalam al Qur’an’
Maka apakah mereka mencari agama yang
lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang
di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan Hanya kepada
Allahlah mereka dikembalikan.(QS ali Imran/3:83)
Islam dalam arti
ketundukan yang terpaksa ini disebut oleh Isfahani dengan Islam bi al taskhir
artinya penyerahan diri secara terpaksa. Langit, bumi, air, matahari dan semua
makhluknya secara biologis patuh kepada sunnatullah yang telah ditetapkannya
dan tidak ada satupun makhluk yang dapat keluar dari aturan-Nya itu.
Secara teologis
manusia diberi kebebasan untuk memilih, namun alternatif pilihan tetap
ditawarkan. Beriman kepada Allah dan rasul-Nya serta tunduk dan patuh
kepada-Nya merupakan alternatif terbaik bagi mereka yang berakal.
Dan
siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia berbuat kebaikan, maka sesungguhnya
ia telah berpegang kepada tali yang kokoh. dan hanya kepada Allah-lah kesudahan
segala urusan. Dan siapa kafir, maka kekafirannya itu janganlah menyedihkanmu.
Hanya kepada Kami-lah mereka kembali, lalu kami beritakan kepada mereka apa
yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala isi hati.(QS
Lukman/31:22-23)
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi
Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab
kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada)
di antara mereka. Siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya
Allah sangat cepat hisab-Nya.(QS ali Imran/3:19)
Siapa mencari
agama selain agama islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya,
dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.(QS Ali IMran/3:85)
Islam dalam arti kedua ini disebut dengan al islam bi al
ikhtiar. Dari pengertian al silmu, al salamah dan al Islam,
dapat dipahami bahwa pribadi Islami adalah pribadi yang mempunyai karakter
sebagai berikut:
1.
Bertauhid kepada Allah swt dan tidak menyekutukan-Nya dengan segala
sesuaatu.
2.
Tidak ragu terhadap ketetapan Allah swt
dan rasul-Nya.
3.
Tunduk, patuh dan pasrah kepada semua
aturan yang telah disyariatkan-Nya.
4.
Tidak berbuat dosa, maksiat dan kerusakan
di muka bumi.
5.
Menjadikan al Islam sebagai
satu-satunya pilihan rasional dalam menjalankan roda kehidupan ini
Prilaku
Islami Dalam Bekerja
Siapa yang mengerjakan amal soleh, baik
laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan. (QS al Nahl/1:97)
Menurut Ibnu
Abbas bahwa yang dimaksud dengan hayatan toyyibah atau kehidupan yang
baik adalah rizki yang halal. Al Hasan dan Atho berkata hayatan toyyibah artinya
qonaah dan ridho dengan apa yang Allah berikan kepadanya. Sedangkan
menurut Qatadah dan Mujahid hayatan toyyibah kehidupan surga karena pada
hakikatnya tidak ada kehidupan yang baik kecuali di surga.[3]
Hadi Syabzawari dalam tafsirnya
menjelaskan bahwa hayatan toyyibah adalah kehidupan yang sesungguhnya yang berbeda dengan kehidupan
pertama ini.[4]
Pribadi muslim
yang memenuhi karakter sebagaimana dikemukakan di muka akan dapat mewujudkan
kehidupan yang baik apabila diikuti dengan amal soleh. Bekerja adalah identitas
pribadi Islam, siapa yang tidak bekerja berarti telah menghilangkan jatidirinya
sebagai muslim. Ali bin Abi Thalib berkata, seorang ilmuan yang tidak beramal
dengan ilmunya sesungguhnya dia bukanlah ilmuan. Bahkan al Qur’an mencela orang-orang yang
hanya pandai berkata-kata namun tidak diikuti oleh amal yang nyata.
Wahai
orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu
kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang
tidak kamu kerjakan. (QS al Shoff/61:2-3)
Bekerja
adalah identitas pribadi muslim. Allah, rasul-Nya dan semua orang-orang yang
beriman akan menyaksikan prestasi dan kreasi mereka. Islam adalah agama yang dipentaskan
dalam bentuk amal nyata.
Dan katakanlah, bekerjalah kamu, maka
Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan
kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang
nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.(QS al
Taubah/9:105)
Ayat ini mengisyaratkan dan memerintahkan agar setiap manusia
bekerja dan berbuat. Semua amal dan perbuatan manusia akan disaksikan oleh
Allah, rasul-Nya dan semua orang yang beriman, baik atau buruk. Allah akan
memperlihatkan semua perbuatan hamba-Nya baik dan buruk kemudian Allah pula
yang akan membalas setiap perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Setiap
kebaikan akan dibalas dengan kebaikan, demikian sebaliknya setiap perbuatan
buruk akan dirasakan akibatnya.
Katakanlah, hai kaumku, berbuatlah
sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya akupun berbuat (pula). kelak kamu akan
mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik di
dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan
keberuntungan. (QS al An’am/6:135)
Menurut ibnu
Abbas makanatikum artinya thariqotikum, maka ayat itu berarti
berbuatlah kalian sesuai dengan jalan hidupmu dan aku berbuat sesuai dengan
jalan hidupku. Setiap jalan yang kita tempuh mempunyai resiko masing-masing.
Namun pesan universal dari ayat ini adalah berbuat, karena perbuatan tanda
pribadi seseorang.
Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari
ayat-ayat Kami, mereka tidak tersembunyi dari Kami. Maka apakah orang-orang
yang dilemparkan ke dalam neraka lebih baik, ataukah orang-orang yang datang
dengan aman sentosa pada hari kiamat? perbuatlah apa yang kamu kehendaki, sesungguhnya
dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan.(QS Fushilat/41:40)
Tabarsi berkata,
Allah swt memerintahkan kepada nabi Muhammad saw agar umatnya berbuat baik dan
taat kepada-Nya dan hendaklah mereka menjauhi perbuatan dosa dan maksiat karena
setiap amal yang dilakukan akan dilihat oleh Allah swt, rasul-Nya dan
orang-orang yang beriman. Di dalam tafsir nur al tsaqalain dijelaskan bahwa
setiap amal hamba akan diperlihatkan kepada nabi Muhammad saw setiap pagi, baik
maupun buruknya, maka berhati-hatilah dalam berbuat.[5] Rasulallah saw bersabda, setiap muslim adalah
cermin bagi muslim yang lain.
Bekerja adalah
tanda syukur kepada Allah. Syukur artinya membuka lawannya kufur artinya
menutup. Orang yang bersyukur adalah mereka yang selalu membuka diri menerima
kebenaran, sedangkan orang kafir adalah mereka yang menurut dirinya dari
kebenaran..
Bekerjalah hai keluarga Daud untuk
bersyukur (kepada Allah). dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima
kasih.(QS. Saba/34:13)
Tanda bersyukur
adalah bekerja. Orang yang bersyukur selalu meningkatkan kualitas dan kuantitas
kerjanya dan orang yang malas bekerja adalah mereka yang tidak berterima kasih
kepada Allah Ta’ala. Manusia yang bersyukur akan selalu berusaha hingga Allah
menambahkan rizkinya dan orang yang tidak bersyukur akan merasakan akibat dari
kemalasannya itu.
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu
memaklumkan, sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih. (QS Ibrahim/14:7)
Bersyukur atau
membuka dari dari kebenaran adalah karunia Allah. Mereka yang selalu membuka diri akan selalu hidup dan inovatif serta semua
keberuntungan akan berpihak kepadanya. Sebaliknya mereka yang menutup diri
dengan tidak bersyukur, maka akan sempit dunia baginya dan tidak akan
mendapatkan kelebihan kecuai yang telah ditetapkan oleh Allah swt.
Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu
dari AI Kitab, Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.
Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata,
ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba Aku apakah Aku bersyukur atau
mengingkari (akan nikmat-Nya). dan siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia
bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan siapa yang ingkar, maka
esungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia. (QS al Naml/27:40)
Bekerja dengan
penuh kesungguhan. Profesionalisme dalam bekerja adalah melakukan sesuatu
perbuatan secara professional dan dilakukan dengan kesungguhan dan kerja
keras. Berbuatlah yang terbaik untuk
kehidupan karena kita akan menghampiri Allah dengan amal yang kita kerjakan.
Hai
manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu,
maka pasti kamu akan menemui-Nya.(QS al Insyiqaq/84:6)
Manusia di dunia ini baik disadari atau tidak adalah dalam
perjalanan kepada Tuhannya. dan dia pasti akan menemui Tuhannya untuk menerima
pembalasan-Nya dari perbuatan yang yang mereka kerjakan, buruk atau baik. Kesadaran dalam berbuat dan
kejujuran dalam bertindak akan melahirkan perbuatan yang baik, sebaliknya tidak
mempunyai kesadaran yang tinggi dalam bekerja dan tidak mempunyai kejujuran dalam bekerja akan melahirkan
bencana, baik bagi dirinya atau orang lain. Hidup adalah perjalanan menuju
kematian. Setelah menempuh perjalanan di dunia, manusia akan menempuh
perjalanan panjang di akhirat. Perbuatan yang jujur dan sungguh-sungguh menjadi
bekal dalam menempuh perjalanan yang
tiada batas, sebaliknya kebohongan dan kemalasan menjadi beban yang
berat saat menghadap Allah swt.
Adapun orang-orang yang diberikan
kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata: "Ambillah,
Bacalah kitabku (ini) QS al haaqqah/69:19)
Adapun orang yang diberikan kepadanya
kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata, wahai alangkah baiknya kiranya
tidak diberikan kepadaku kitabku (ini).Dan Aku tidak mengetahui apa hisab
terhadap diriku. (QS al haaqqah/69:25-26)
Optimis dalam
bekerja dan selalu menatap masa depan dengan penuh kesungguhan. Dunia adalah
tempat beramal, maka selama hidup tidak ada istirahat dalam beramal. Apabila
selesai melakukan sebuah pekerjaan, maka bersiaplah untuk melaksanakan
pekerjaan berikutnya hingga ajal menghampiri kita.
Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. (QS al Insyirah/94:7)
Sebagian ahli
tafsir menafsirkan apabila kamu (Muhammad) telah selesai berdakwah, maka
beribadatlah kepada Allah. apabila kamu telah selesai mengerjakan urusan dunia,
maka kerjakanlah urusan akhirat, dan ada lagi yang mengatakan: apabila telah
selesai mengerjakan shalat berdoalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar