Minggu, 19 Februari 2012

Dunia


Dunia

Hadis Pertama


قَالَ أَبُو ذَرٍّ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ:إِنَّمَا الدُّنْيَا سَاعَتَانِ: سَاعَةٌ مَاضِيَةٌ وَسَاعَةٌ بَاقِيَةٌ فَأَمَّا الْمَاضِيَةُ فَذَهَبَتْ لَذَّتُهَا وَأَمَّا الْبَاقِيَةُ فَهِيَ تَخْدَعُكَ حَتَّى يَقِلَّ صَبْرُكَ فِيهَا تَأْخُذُ حَلَالَهَا وَحَرَامَهَا فَإِنْ أَخَذْتَهَا بِحَلَالِهَا فَأَنْتَ أَنْتَ وَإِنْ أَخَذْتَهَا بِحَرَامِهَا فَمَا أَدْرِي مَا أَصِفُ مِنْ سُوءِ حَالِكَ وَاللهُ وَلِيُّ نِعَمِكَ وَمَعْرُوفِكَ

 Abu Dzar berkata, aku mendengar Rasulallah saw bersabda:  Sesungguhnya dunia hanya dua waktu. Waktu yang lalu dan waktu yang tersisa. Adapun waktu yang lalu telah pergi kenikmatannya. Adapun waktu yang tersisa itulah kelalaianmu hingga sedikit sekali kesabaranmu, engkau mengambil halal dan haramnya. Apabila engkau mengambil yang halal, maka engkau adalah engkau, namun jika engkau mengambil yang haramya, maka aku tidak tahu  apa yang mesti aku sifati tentang keburukan keadaanmu.  Dan Allah adalah pemberi nikmat dan kebaikanmu.(al Fakihi, jld. 5, hlm. 105)


Syarah Hadis

Hidup adalah perjalanan, dan akhir dari perjalanan adalah kematian. Dunia adalah tempat persinggahan sementara menuju perjalanan berikutnya. Sekarang manusia sedang berada di terminal sementara untuk menuju berjalanan berikutnya yaitu kematian. Di tempat persinggahan sementara ini, manusia mesti cerdas menyikapi semua yang dilihatnya. Allah Ta’ala berfirman:

قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ سُنَنٌ فَسِيرُوا فِي الأرْضِ فَانْظُروا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ

Telah berlalu sunnah orang-orang sebelum kamu, maka berjalanlah kalian di muka bumi, lalu perhatikanlah bagaimana akibat dari perbuatan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami.

Manusia mesti menggunakan nazdar atau nalar dalam melakukan perjalanan ini. Perjalanan yang singkat ini mesti dimanfaatkan seoptimal mungkin. Untuk itu, para musafir  hendaknya tahu benar dan memiliki kesadaran yang kuat dari mana kita berasal dan dimana kita sekarang, lalu hendak kemana kita pergi? Allah Ta’ala memerintahkan agar para musafir selalu memperhatikan sirah yang telah dilakukan oleh orang-orang terdahulu hingga dengan mengambil pelajaran dari perjalanan mereka, para musafir tidak mengulangi kesalahan yang pernah mereka lakukan dan mampu membuat sirah yang baru yang sesuai dengan peta perjalanan yang telah digariskan oleh Allah Ta’ala,
Hadis pertama menginformasikan bahwa dunia hanyalah waktu yang berlalu dan waktu yang akan datang. Rasulallah saw bersabda: Sesungguhnya dunia hanyalah dua waktu yaitu waktu yang telah berlalu dan waktu yang tersisa. Waktu yang berlalu, telah pergi kelezatannya. Masa muda, keperkasaan, kecantikan, kegagahan dan berbagai kebanggaan di masa lalu telah sirna, yang ada sekarang hanyalah kenangan masa lalu. Masa lalu tidak bisa dirubah. Dia telah terukir abadi untuk selamanya. Saat mengingat masa lalu, boleh jadi kita tersenyum dengan bangga bahwa kita pernah berprestasi dengan berbagai amal soleh, lalu kita bersyukur. Sebaliknya, apabila di masa lalu, kita telah membuat sejarah buruk bagi diri kita dan orang lain, maka masa lalu menjadi kenangan pahit. Untuk itu kita merenung agar kembali menuju pintu-pintu Tuhan. Kita ketuk pintu itu dengan istigfar dan taubat sambil mengakui bahwa semua itu adalah kesalahan dan kealpaan bahkan kebodohan diri sendiri. Hari ini, hamba kembali bertaubat kepada Allah Ta’ala yang mempunyai masa lalu dan masa depan, selanjutnya dengan penyelasan yang mendalam, diiringi dengan tekad untuk tidak mengulangi lagi kesalahan pada masa lalu dan berjanji untuk selalu beramal soleh mengukir masa depan dengan berbagai kebaikan, hamba menatap masa depan dengan ikhlas dan sabar.
Rasulallah saw menasehati kita, bahwa menyikapi masa depan bukanlah mudah walau tidak berarti susah. Namun, menyikasi masa depan harus dengan kesabaran karena seringkali masa depan menipu pikiran dan pandangan hidup kita. Rasulallah saw bersabda: Masa depan sedang menipu dirimu hingga sedikit sekali kesabaranmu dalam mengisi masa depan. Imam Ali berkata, kebaikan itu bukanlah banyak harta dan anakmu, tetapi kebaikan adalah banyak amal dan sabar.  Tidak ada kebaikan di dunia kecuali dua orang yaitu seorang yang  berbuat dosa lalu bertaubat dan orang yang segera berbuat kebaikan.
Dalam mengarungi bahtera kehidupan dunia, manusia dihadapkan kepada dua pilihan, halal dan haram. Perbuatan dan segala sesuatu yang dihalalkan oleh Allah dan Rasul-Nya adalah jalan-jalan menuju kesejahteraan lahir batin, sedangkan perbuatan dan segala yang diharamkan adalah “lampu merah” agar hamba menahan diri untuk menuju perjalanan yang lebih baik, karena semua yang diperintahkan, akibatnya hanyalah kebaikan bila dikerjakan dan semua larangan-Nya akibatnya hanyalah keburukan apabila dikerjakan.  Apabila manusia mengambil yang dihalalkan, maka engkau adalah engkau. Manusia adalah kebaikan  dan manusia diciptakan sebagai makhluk terbaik (ahsan al takwim). Apabila manusia sebagai khalifah Allah di bumi menjalankan hidup dengan pola yang baik dan halal, makan dan minum yang halal lagi baik, maka manusia akan menjadi jatidirinya yang asli. Engkau adalah engkau karena kebaikan hanya berkumpul dengan yang baik dan keburukan akan bersatu dengan keburukan. Ali bin Abi Thalib berpesan:

وعن مهاجر بن عمير قال قال علي بن أبي طالب: إن أخوف ما أخاف اتباع الهوى وطول الأمل فأما اتباع الهوى فيصد عن الحق وأما طول الأمل فينسي الآخرة إلا وان الدنيا قد ترحلت مدبرة ألا وإن الآخرة قد ترحلت مقبلة ولكل واحدة منهما بنون فكونوا من أبناء الآخرة ولا تكونوا من أبناء الدنيا فان اليوم عمل ولا حساب وغدا حساب ولا عمل.

Dari Muhajir bin Umair berkata, Ali bin Abi Thalib berkata, sesungguhnya yang paling aku khawatirkan adalah mengikuti hawa nafsu dan panjang angan-angan. Mengikuti hawa nafsu akan menghalangi kebenaran sedangkan panjang angan-angan akan melupakan akhirat. Ketahuilah bahwa dunia telah pergi membelakangimu dan akhirat telah datang menghampirimu. Dan keduanya mempunyai anak, maka jadilah kalian anak- anak akhirat dan jangan menjadi anak-anak dunia. Sesungguhnya hari ini adalah hari amal tanpa hisab dan besok adalah hari hisab tanpa amal.[1]

Manusia  yang  baik hanya akan melakukan kebaikan karena kebaikan cermin jatidiri orang baik. Rasulallah saw menegaskan bahwan yang orang beriman itu terdiri dari tiga tipe. Pertama, orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya lalu tidak ragu serta berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah.  Kedua, orang-orang yang diberikan karunia berupa harta yang melimpah lalu dengan harta itu mereka membantu orang lain yang membutuhkannya hingga dengan harta dan kepribadiannya melahirkan rasa aman bagi orang lain. Ketiga, orang-orang yang mendapat kemuliaan dan mereka tamak atau rakus dengan kemuliaan itu, namun dia meninggalkan ketamakan itu karena Allah semata. Rasulallah saw bersabda:

عن أبي سعيد رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: المؤمنون في الدنيا على ثلاثة أجزاء الذين آمنوا بالله ورسوله ثم لم يرتابوا وجاهدوا بأموالهم وأنفسهم في سبيل الله والذين يأمنه الناس على أموالهم وأنفسهم ثم الذين إذا أشرف له طمع تركه الله عز وجل رواه أحمد

Dari Abu Said ra berkata, Rasulallah saw bersabda: Orang mukmin di dunia itu  terdiri dari tiga bagian, yaitu orang yang beriman  kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian  mereka tidak ragu serta berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Orang yang memberikan rasa aman kepada manusia dengan harta dan jiwanya. Kemudian orang apabila dimuliakan, lalu dia meninggalkan ketamakannya karena Allah Azza wa Jalla (HRAhmad)

 Dunia sering kali menipu orang yang ada didalamnya. Untuk menghindari tipu daya dunia, seseorang harus selalu menjalin hubungan kepada Allah agar semua yang dilakukan semata karena Allah. Karena berorientasi semata karena Allah akan mengantarkan seseorang kepada iman yang hakiki. Rasulallah saw bersabda:

عن عمرو بن الحمق قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: لا يحق العبد حقيقة الإيمان حتى يغضب لله ويرضى لله فإذا فعل ذلك استحق حقيقة الإيمان وإن أحبابي وأوليائي الذين يذكرون بذكرى وأذكر بذكرهم. رواه الطبراني في

Dari Amer bin al Hamik berkata, Rasulallah saw bersabda: seorang hamba tidak akan sampai kepada hakikat iman hingga dia membenci karena Allah dan senang karena Allah. Apabila dia melakukan itu maka akan terwujud hakikat imannya. Sesunggunya kekasihku dan para auliaku adalah orang-orang yang selalu berzikir dengan mengingat-Ku, lalu Aku mengingat dengan zikir mereka.  (HT Tabrani)

Dengan landasan cinta kepada Allah, manusia akan selamat dari tipu daya dunia. Karena orang yang tertipu oleh dunia  akan melakukan sesuatu bukan karena cintanya kepada Allah  melainkan  karena popularitas dan mencari ridho manusia. Rasulallah saw bersabda:

عن محمود بن لبيد أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: إن أخوف ما أخاف عليكم الشرك الأصغر قال وما الشرك الأصغر يا رسول الله قال: الرياء يقول الله عز وجل إذا جزى الناس بأعمالهم اذهبوا إلى الذين كنتم تراؤن في الدنيا فانظروا هل تجدون عندهم جزاء. رواه أحمد

Dari Mahmud bin Labib bahwa Rasulallah saw bersabda: Yang paling aku khawatirkan kepada kalian adalah syirik kecil. Seseorang bertanya, apakah syirik kecil ya Rasulallah saw? Rasulalah saw menjawab: Syirik kecil adalah riya. Allah Azza wa Jalla berfirman:  Apabila manusia dibalas dengan amalnya, maka pergilah kepada orang-orang yang kamu riya di dunia. Perhatikanlah apakah kamu akan dapat ganjaran dari sisi mereka?. (HR Ahmad)

Orang-orang yang tertipu dengan dunianya, tidak akan mengenal jatidirinya sebagai makhluk terbaik. Rasulallah saw mengingatkan, apabila kalian mengambil yang haram, maka aku tidak tahu bagaimana mensifati kamu dengan keburukan keadaanmu.  Orang yang melakukan atau memakan sesuatu yang haram dia telah keluar dari hakikat dirinya, hingga di akhirat sifat hewaninya lebih nampak daripada karakter kemanusiaannya.



Hadis kedua


عَنْ أبي هُرَيرَةَ رضي الله عنه عَنِ النبي صَلى الله عليهِ وسَلَّم قالَ: مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيا نَفَّسَ الله عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يوْمِ القِيامَةِ وَمَنْ يسَّرَ على مُعْسِرٍ يسَّرَ الله عَلَيهِ في الدُّنْيا والآخِرَةَ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِماً سَتَرَهُ الله في الدُّنْيا والآخِرَةِ  والله في عَوْنِ العَبْدِ ما كانَ العَبْدُ في عَوْن أَخيهِ وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقاً يلْتَمِسُ فِيهِ عِلْما سَهَّلَ الله لَهُ بِهِ طَرِيقاً إلى الجِنَّةِ وَما اجْتَمَعَ قَوْمٌ في بَيت مِنْ بُيوتِ الله يتْلُونَ كتاب الله وَيتَدارَسونهُ بَينَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيهِمُ السَّكِينةُ وَغَشِيتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ المَلائِكَةُ وَذَكَرَهُمُ الله فيمَنْ عِنْدَهُ وَمَنْ أَبْطأَ بهِ عَمَلُهُ لم يسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ.  رَوَاهٌ مُسْلِم بِهَذَا اللَّفْظِ

Dari Abu Hurairah, dari Nabi saw bersabda: Siapa yang meringankan seorang mukmin dari kesusahan dunianya, niscaya Allah akan meringankan kesusahannya pada hari kiamat. Siapa yang mempermudah kesulitan orang mukmin, niscaya Allah akan mempermudah urusannya di dunia dan akhirat. Siapa yang menurut aib seorang muslim, niscaya Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat..  Dan Allah selalu menolong hamba, selama hamba menolong saudaranya.  Siapa yang berjalan mencari ilmu pengetahuan, niscaya Allah akan mempermudah jalannya menuju surga. Tidak ada suatu kaum yang berkumpul di rumah-rumah Allah (masjid) lalu membaca ayat-ayatnya serta tadarus diantara mereka, melainkan diturunkan kepada mereka kedamaian, dicurahkan rahmat dan  dikelilingi oleh malaikat, Allah selalu mengingat mereka disisi-Nya dan siapa yang memperlambat amalnya,  niscaya tidak dipercepat nasabnya. (HR Muslim)


Syarah Hadis

Hadis kedua, Rasulallah saw mengajarkan umatnya tatacara menyikapi hidup secara kolektif. Pertama, Siapa yang meringankan seorang mukmin dari kesusahan dunianya, niscaya Allah akan meringankan kesusahannya pada hari kiamat. Hidup memang warna warni, ada yang kaya ada pula yang miskin, ada yang  sehat ada pula yang sakit, ada yang diberi ilmu yang banyak, ada pula yang diliputi ketidaktahuan dan sebagainya. Hidup adalah perjuangan. Siapa yang hidup namun tidak mau berjuang, maka dia akan kalah sebelum berperang. Dalam menjalankan perjuangan hidup manusia akan banyak mengalami cobaan, kendala bahkan musibah
Kedua, Siapa yang mempermudah kesulitan orang mukmin, niscaya Allah akan mempermudah urusannya di dunia dan akhirat. Didalam kesulitan pasti ada kemudahan. Namun tidak semua manusia dapat memahami dengan mudah firman Allah tersebut. Apakah kemudahan itu datang dengan sendirinya setelah sabar menjalankan kesulitan, atau kesulitan akan pergi setelah orang itu bekerja keras mengatasi kesulitanya itu.  Tentu kesulitan akan pergi setelah ada upaya mengatasinya. Rasulallah saw berpesan, apabila ada seorang mukmin yang sedang mengalami kesulitan, maka hendaknya mukmin yang lain membantunya hingga kesulitan itu berkurang.
Ketiga, Siapa yang menutup aib seorang muslim, niscaya Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Setiap orang pasti mempunyai kelemahan berupa aib yaitu sesuatu perbuatan yang tidak disukainya apabila orang lain mengetahuinya. Allah swt sangat mencintai seseorang yang mengetahui aib saudaranya lalu menutupinya karena mengharap ridho-Nya. Orang yang menutup aib orang lain di dunia, niscaya Allah akan menutup aibnya di dunia juga di akhirat.
 Keempat  Allah selalu menolong hamba-Nya, selama hamba itu menolong saudaranya. Rasulallah saw berpesan, tolonglah saudaramu yang berbuat zalim dan yang terzalimi. Menolong orang yang terzalimi mudah untuk dicerna, namun bagaimana menolong orang yang berbuat zalim? Sesungguhnya orang yang berbuat zalim sedang menzalimini dirinya sendiri. Apabila dibiarkan maka kedua-duanya akan mengalami kesusahan. Oleh karena itu, setiap muslim diperintahkan agar menolong orang yang terzalimi juga yang yang berbuat zalim, karena kedua-duanya berada dalam kezaliman.
Kelima, Siapa yang berjalan mencari ilmu pengetahuan, niscaya Allah akan mempermudah jalannya menuju surga. Dua hal yang dikejar oleh manusia, namun tidak pernah memuaskan dan mengenyangkan yaitu harta dan ilmu. Namun kedudukan ilmu lebih tinggi daripada kedudukan harta. Rasulallah saw memberikan kabar gembira kepada orang yang mencintai ilmu dan mengejarnya, bahwa sesungguhnya orang yang mencari ilmu sedang berada menuju jalan surga. 
 Keenam. Tidak ada suatu kaum yang berkumpul di rumah-rumah Allah (masjid) lalu membaca ayat-ayatnya serta tadarus diantara mereka, melainkan diturunkan kepada mereka kedamaian, dicurahkan rahmat dan  dikelilingi oleh malaikat, Allah selalu mengingat mereka disisi-Nya. Kedamain dan kasih sayang merupakan dambaan setiap orang. Terkadang, untuk dapat merasakan kedamaian dan memperoleh kasih sayang, seseorang harus mengeluarkan dana yang besar,  tempat yang khusus bahkan tidak sedikit dengan melakukan perbuatan yang dilarang agama. Rasulallah saw berpesan, kedamaian dan kasih sayang yang hakiki dapat diperoleh di rumah Allah dengan membaca surat-surat-Nya dan mengkajinya. Mengingat Allah akan melahirkan kedamaian dan kasih sayang  yang hakiki karena dengan mengingat Allah, Allah akan mengingat hamba-Nya dan apabila Allah swt mengingat hamba-Nya, maka semua kenikmatan lahir dan batin akan diperolehnya.
Allah berfirman: Sesungguhnya orang mukmin itu bersaudara. Rasulallah saw bersabda: Orang muslim adalah saudara orang muslim. Dalam konteks lain, Rasulalah bersabda: Seorang mukmin dengan mukmin yang lain bagaikan satu tubuh. Apabila ada anggota tubuh yang sakit, maka sakit itu dirasakan pula oleh bagian tubuh yang lain, dan lain sebagainya. Saudara dalam Islam dibagi kepada tiga macam. Pertama, saudara senasab. Saudara senasab terbagi kepada tiga tingkatan yaitu saudara sekandung, saudara seayah dan saudara seibu. Dalam pandangan hukum mereka mempunyai ketentuan yang berbeda baik dalam urusan waris maupun dalam masalah perwalian. Kedua, saudara sepersusuan. Saudara sepersusuan mempunyai ketentuan hukum yang sama dengan saudara senasab namun mereka tidak dapat saling mewarisi. Ketiga, saudara seagama. Walaupun tidak senasab dan tidak pula sepersusuan, namun dalam pandangan Islam saudara seiman lebih tinggi kedudukannya daripada saudara senasab dan sepersusuan, hingga hadis nomor dua ini memberikan perhatian khusus terhadap hubungan kolektif kaum muslimin. Allah swt berfirman:

¢ (#qçRur$yès?ur n?tã ÎhŽÉ9ø9$# 3uqø)­G9$#ur ( Ÿwur (#qçRur$yès? n?tã ÉOøOM}$# Èbºurôãèø9$#ur

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. (QS. Al Maidah/5:2)




Hadis ketiga



عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ يَزِيدَ قَالَ: سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرٍو يَقُولُ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ :الدُنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
           
Dari Abdullah bin Yazid berkata, aku mendengar Abdulah bin Amer berkata. Rasulallah saw bersabda: Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baiknya perhiasan adalah wanitaq yang solehah.(HR Bukhori)

حدثنا سلمة بن شبيب  قال: أخبرنا عبد الله بن يزيد  قال: أخبرنا عبد الرحمن بن زياد عن عبد الله بن يزيد ، عن عبد الله بن عمرو  قال: قال رسول الله صلي الله علسه واله وسلم: إنما الدنيا كلها متاع وليس شيء من متاع الدنيا أفضل من المرأة الصالحة

Telah menceritakan kepada kami Salamah bin Syabib berkata, Abdulah bin Yazid telah mengkhabarkan kepada kami, berkata Abdurrahman bin Ziyad dari Abdullah bi Yazid telah menceritakan kepada kami dari Abdullah bin Amer berkata, Rasulallah saw bersabda: Sesunggguhnya dunia itu semuanya hanyalah perhiasan, dan tidak ada sesuatu dari perhiasan dunia yang lebih utama daripada seorang wanita yang solehah.(Musnan al Bazzar, jld.6, hlm 434)

قال رسول الله صلي الله علسه واله وسلم: إِنَّمَا الدُّنْيَا مَتَاعٌ  وَلَيْسَ مِنْ مَتَاعِ الدُّنْيَا شَيْءٌ أَفْضَلَ مِنَ الْمَرْأَةِ الصَّالِحَةِ

Rasulallah saw bersada: Sesungguhnya dunia hanyalah perhiasan dan tidak sesuatu dari perhiasan dunia yang lebih utama daripada wanita yang solehah.(Musnan al Jami, jld. 11. hlm.37)


Syarah Hadis

Hadis ketiga berbicara tentang wanita. Rasulallah saw berpesan: Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang solehah. Qurtubi berkata, hadits ini berhubungan dengan sabda nabi yang berbunyi, wanita yang baik adalah apabila suaminya memandangnya, ia membahagiakannya. Apabila diperintah, mentaatinya dan apabila suaminya tidak ada disisinya, ia menjaga harta dan kehormatannya.[2] Al Thibi berkata, al mata’ atau perhiasan adalah segala sesuatu yang memberikan kenikmatan yaitu berupa manfaat, maka segala sesuatu yang melahirkan manfaat disebut mata’ dan secara tekstual al Qur’an mengisyaratkan tingkatan kenikmatan dunia secara menyeluruh. Allah swt berfirman:

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآَبِ

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).(QS Ali Imran/3:14)

حدثنا ابن حميد قال، حدثنا جرير عن عطاء عن أبي بكر بن حفص بن عمر بن سعد قال قال عمر: لما نزل: زُيِّن للناس حب الشهوات قلت: الآن يا رَبِّ حين زيَّنتها لنا! فنزلت: قُلْ أَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِنْ ذَلِكُمْ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ

Ibnu Hamid berkata telah menceritakan kepada kami, Jarir dari Atho dari Abu Bakar bin Hafash bin Umar bin Sa’ad berkata, Umar berkata, ketika turun ayat: Dihiasi manusia dengan kecintaannya kepada wanita dan seterusnya, aku (Rasulallah saw) bertanya, ya Tuhanku hingga inikah perhiasan bagi kami? Lalu turunlah ayat: Katakanlah: Inginkah Aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?. untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai. .(QS Ali Imran/3:15)[3]

Dunia disisi lain bukan perhiasan, namun kutukan, lalu apakah makna sesungguhnya wanita adalah sebaik-baik perhiasan dunia? Rasulallah saw bersabda:

الدنيا ملعونة ملعون ما فيها إلا أمرا بمعروف أو نهيا عن منكر أو ذكرا لله

Dunia adalah terkutuk dan terkutuk pula semua yang ada didalamnya kecuali perintah yang baik, mencegah yang munkar dan mengingat Allah.

الدنيا ملعونة ملعون ما فيها إلا ما ابتغي به وجه الله تعالى
Dunia itu terlaknat dan terlaknat pula semua yang ada didalamnya kecuali segala yang mengharap ridho Allah Ta’ala.

Saat nabi Musa as berhadapan dengan umatnya seraya berkata bahwa kehidupan dunia ini adalah perhiasan sedangkan akhirat adalah negeri keabadian. Allah berfirman:

يَا قَوْمِ اتَّبِعُونِ أَهْدِكُمْ سَبِيلَ الرَّشَادِ يَا قَوْمِ إِنَّمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنيا مَتَاعٌ وَإِنَّ الآخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ

Hai kaumku, ikutilah aku, Aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar. Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat Itulah negeri yang kekal.(QS. Gafir/40:38-39)


Dunia dalam makna materi adalah terlaknat karena hakikat dunia bukan pada materi tetapi kepada nilai kebaikan. Tidak patut bagi seorang mukmin menjadikan dunia sebagai negeri dan tempat tinggal mereka, tetapi bagi orang mukmin hidup adalah perjalan dan dunia hanyalah satu satu terminal yang disinggahi. Di dalam hadis, nabi saw bersabda: Sesungguhnya perumpamaanku dengan dunia bagaikan seorang mengendara, setelah istirahat di bawah pohon yang rindang, lalu ditinggalkannya.[4]
Dari uraian di atas, dapat dipetik pelajaran bahwa wanita adalah bagian dari dunia dan merupakan perhiasan dunia. Namun wanita yang solehah merupakan sebaik-baik perhiasan yang akan mengantarkan keluarganya kepada kenikmatan dan perhiasan hakiki di dunia dan akhirat. Wanita yang solehah akan teguh menjalankan syariat agama dengan selalu membahagiaan suaminya dengan senyumnya, taat dalam menjalanan perintah suaminya dan selalu menjaga kehormatan dan hartanya.  Dengan menjalankan tugasnya sebagai isteri yaitu menyuruh kebaikan, mencegah kemunkaran dan selalu mengingat Allah dengan harapan semoga Allah meridhoinya, maka wanita solehah memang sebaik-baiknya perhiasan dunia.


Hadis Keempat


عَنْ قَيْسِ بْنِ أَبِي حَازِمٍ عَنِ الْمُسْتَوْرِدِ أَخِي فِهْرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا كَمَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ أُُصْبُعَهُ فِي الْيَمِّ ثُمَّ لَيَنْظُرْ بِمَ يَرْجِعُ

Dari Qois bin Hazim dari al Mustauridi, saudaraku Fihr, berkata, Rasulallah saw bersabda:  Tidaklah dunia dibanding akhirat kecuali seperti seeorang mencelupkan jarinya di lautan, kemudian perhatikanlah apa yang tersisa di jari itu.(HR Muslim)

وحدثنا عبد الأعلى بن حماد القرشي نا سفيان قالوا ثنا إسماعيل عن قيس عن المستورد أخي بني فهر رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم: ما الدنيا في الآخرة إلا مثل ما يجعل أحدكم أصبعه في البحر ثم لينظر بم يرجع

Dan telah menceritakan kepada kami Abdul A’la bin Hammad al Qurasyi, telah menceritakan kepada kami Sufyan, mereka berkata, Ismail telah menceritakan kepada kami dari Qais dari al Masturad, saudara Bani Fahr ra berkata, Rasulallah saw bersabda: Tidaklah dunia itu disbanding akhirat melainkan seperti seseorang menjadikan jari-jarinya di dalam laut kemudian dia perhatikan, denagn apa jari itu kembali.


Syarah Hadis

Hadis keempat memberikan penegasan bahwa dunia sementara dan akhirat kekal abadi. Tidaklah dunia dibanding akhirat kecuali seperti seeorang mencelupkan jarinya di lautan, kemudian perhatikanlah apa yang tersisa di jarinya itu. Membandingkan dunia dan akhirat bukanlah studi yang layak, karena membandingkan terminal dengan tempat tujuan. Allah memerintahkan manusia untuk mengerjar negeri akhirat dengan fasilitas duniawi.  Allah swt berfirman:

Æ÷tGö/$#ur !$yJÏù š9t?#uä ª!$# u#¤$!$# notÅzFy$# ( Ÿwur š[Ys? y7t7ŠÅÁtR šÆÏB $u÷R9$# ( `Å¡ômr&ur !$yJŸ2 z`|¡ômr& ª!$# šøs9Î) ( Ÿwur Æ÷ö7s? yŠ$|¡xÿø9$# Îû ÇÚöF{$# ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä tûïÏÅ¡øÿßJø9$#

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS al Qashash/28:77)

عن محمد بن عيينة  عن أبي حازم  قال مرة عن ابن عمر وقال مرة: عن سهل بن سعد قال: جاء جبريل عليه السلام إلى النبي صلى الله عليه وسلم  فقال: يا محمد  عش ما شئت فإنك ميت  وأحبب من أحببت فإنك مفارقه  واعمل ما شئت فإنك مجزي به  ثم قال: يا محمد شرف المؤمن قيام الليل وعزه استغناؤه عن الناس

Dari Muhammad binUnainah dari Abu Hazim berkata Murrah dari Ibnu Umar dan berkata Murrah dari Sahal bin Sa’ad, berkata, Jibril as kepada nabi saw beraya berkata: Ya Muhammad hiduplah sekehendakmu, tetapi ingat sesungguhnya engkau akan mati. Cintailah siapa saja yang engkau cintai, tetapi ingat sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya. Beramallah apa saja yang kamu mau, tetap ingat sesungguhnya semua amalmu akan dibalals, kemudian dia berkata lagi, ya  Muhmammad kemuliaan seorang mukmin adalah karena shalat malamnya dan kemuliaan adalah apabila seseorang merasa cukup dari manusia lain. (HR al Hakim)

Jibril mengajarkan kepada umat Rasulallah saw melalui nabinya. Pertama, hidup adalah perjalanan dan akhir dari perjalanan adalah kematian. Dunia hanyalah tempat pemberhentian sementara dan setelah itu  manusia akan berangkat lagi dari tempat pemberhentian sementara menuju tujuan yang sebenarnya. Apapun kehidupan yang kita bangun, namun kehidupan ini akan berakhir.  Perpisahan adalah sebuah kemestian oleh karena itu, manusia tidak boleh mencintai sesuatu yang tidak kekal. Kedua, Cintailah apa saja yang kita cintai, tetapi ingat akhir dari percintaan adalah perpisahan. Apabila seseorang mencintai anak, isteri dan pekerjaannya, namun akhir dari percintaan itu adalah perpisahan. Boleh jadi kita meninggalkannya karena beberapa faktor seperti meninggal dunia, pergi yang jauh dari keluarga dan sebagainya. Atau boleh jadi mereka yang meninggalkan kita dengan berbagai sebab yang berbeda. Namun yang pasti ada percintaan pasti ada perpisahan. Maka cintailah yang pasti telah mencintai kita, dan jangan mencintai yang tidak pernah mencintai kita. Nabi Muhammad saw berpesan:  Mencintai dunia adalah puncak  dari segala kesalahan.
Ketiga, berbuatlah sekehendak hatimu, tetapi ingat semua perbuatan yang kita lakukan akan diminta pertanggungjawaban kelak di akhirat. Hidup adalah kausalitas, ada sebab dan ada pula akibatnya. Siapa yang menanam kebaikan, maka dia akan memetik hasil dari kebaikannya itu di dunia maupun di akhirat. Sebaliknya, siapa yang berbuat jahat, maka pasti akan kejahatan akan kembali kepada dirinya. Semua pekerjaan yang kita lakukan pada hakikat adalah cermin dari kecintaan kita terhadap diri kita sendiri. Karena kebaikan atau keburukan yang kita lakukan akan kembali kepada diri kita sendiri.
Keempat, orang yang  mulia adalah mereka yang paling banyak melakukan shalat malam. Kedudukan  yang mulia hanya akan diperoleh dengan mendekati Zat yang Maha Mulia, Allah Ta’ala. Kelima, orang yang paling mulia adalah mereka yang merasa cukup dengan karunia Allah yang diberikan kepadanya. Hadis ini menegaskan bahwa dunia hanyalah setetes air yang tersisa di jarum, bila jarum itu dicelupkan kelautan. Maka alangkah bodohnya manusia yang melupakan akhirat saat tinggal di dunia. Dan alangkah meruginya manusia yang mengejar-ngejar dunia dan meninggalkan akhirat.



Hadis kelima


حَدَّثَنَا أَبُو يَحْيَى ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مِهْرَانَ ثَنَا يَعْلَى عَنْ أَبِي حَيَّانَ عَنْ مُجَمِّعٍ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: يَكُونُ فِي آخِرِ الزَّمَانِ قَوْمٌ يَأْكُلُونَ الدُّنْيَا بِأَلْسِنَتِهِمْ كَمَا يَأْكُلُ الْبَقَرُ مِنَ الْأَرْضِ

Abu Yahya menceritakan kepada kami, Muhammad bin Mihran menceritakan kepada kami, Ya’la menceritakan kepada kami dari Abu hayyan dari Mujammi’ berkata: aku mendengar Rasulallah saw bersabda: Akan terjadi pada akhir zaman suatu kaum yang memakan dunia dengan lidahnya sebagaimana sapi memakan rumput yang ada di tanah.(HR Ahmad)


Syarah Hadis

Hadis kelima menjelaskan tentang rakusnya sebagian manusia dalam menikmati dunia.  Hingga Rasulallah saw mengisyaratkan dengan sabdanya: Akan terjadi pada akhir zaman suatu kaum yang memakan dunia dengan lidahnya sebagaimana sapi memakan rumput yang ada di tanah. Kerakusan manusia terhadap dunia karena ketidaktahuan mereka tentang dunia. Padahal, seandainya manusai mau menggunakan sedikit akalnya saja, tentu mereka akan sadar bahwa dunia sangat sedikit dan akhirat kekal,  tanpa batas.
Allah swt berfirman:

(#qä3ysôÒuù=sù WxÎ=s% (#qä3ö7uŠø9ur #ZŽÏVx. Lä!#ty_ $yJÎ/ (#qçR%x. tbqç7Å¡õ3tƒ
Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan.(QS. alTaubah/9:82)

Diriwayatkan oleh Abu Muawiyah menceritakan kepada kami Ismail bin Sami’ dari Abi Razin tentang ayat diatas berkata:

الدنيا قليل فليضحكوا فيها ما شاءوا فإذا صاروا إلى الآخرة بكوا بكاء لا ينقطع

Dunia itu sedikit, maka tertawalah disana sebagaimana kamu kehendaki , maka apabila sampai di ahhirat, maka menangislah dengan sejadi-jadinya tanpa henti. (Ibn Abi Syaibah, hlm. 217)

Allah swt berfirman:

ö@è% ßì»tFtB $u÷R9$# ×@Î=s% äotÅzFy$#ur ׎öyz Ç`yJÏj9 4s+¨?$#

Katakanlah, kesenangan di dunia Ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa (QS. An Nisa/4:77)

$tBur äo4quysø9$# !$uŠ÷R$!$# žwÎ) Ò=Ïès9 ×qôgs9ur ( â#¤$#s9ur äotÅzFy$# ׎öyz tûïÏ%©#Ïj9 tbqà)­Gtƒ 3 Ÿxsùr& tbqè=É)÷ès?

Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu berpikir? (QS al An’am/6:32)

يا صهيب ليأتين على الناس زمان كثير أمراؤه قليل فقهاؤه كذاب خطباؤه مراؤون قراؤه يتفقهون في غير الدين يأكلون الدنيا كما تأكل النار الحطب ألا وإن النار مثوى لهم وبئس للظالمين منزلا ( رواه الديلمي(

Rasulallah saw bersabda: Ya Suhaib sungguh akan datang pada manusia suatu zaman, pada saat itu banyaknya umara tetapi sedikit (yang adil), fuqohanya pendusta, para penceremah riya,  para qorinya tidak paham agama, mereka memakan dunia seperti api memakan kayu baker. Dan ketahuilah bahwa neraka tempat kembali mereka dan seburuk-buruknya tempat tinggal orang yang dalim (HR al Dailami)

يأتي على الناس زمان يكون عامتهم يقرؤون القرآن ويجتهدون في العبادة ويشتغلون بأهل البدع يشركون من حيث لا يعلمون يأخذون على قراءتهم وعلمهم الرزق يأكلون الدنيا بالدين

Rasulallah saw bersabda: Akan datang suatu zaman kepada manusia, pada saat itu orang-orang awam membaca al Qur’an, berijtihad dalam beribadah, mereka sibuk dengan ahli bid’ah, mereka menyekutukan (Allah) tetapi mereka tidak tahu, mereka mengambil  dari bacaan dan ilmu mereka sebagai rizki yang mereka makan dunia dengan agama.(Kanzu al Ummal, jld, 10, hlm 207)

يأتى على الناس زمان يكون عامتهم يقرءون القرآن ويجتهدون فى العبادة ويشتغلون بأهل البدع يشركون من حيث لا يعلمون يأخذون على قرآنهم وعلمهم الرزق يأكلون الدنيا بالدين هم أتباع الدجال الأعور

Rasulallah saw bersabda: Akan datang suatu zaman kepada manusia, pada saat itu orang-orang awam membaca al Qur’an, berijtihad dalam beribadah, mereka sibuk dengan ahli bid’ah, mereka menyekutukan (Allah) tetapi mereka tidak tahu, mereka mengambil  dari bacaan dan ilmu mereka sebagai rizki yang mereka makan dunia dengan agama. Mereka adalah pengikut Dajjal yang picek.

Kerakusan manusia pada akhir zaman tidak hanya melanda orang awam tetapi merata di semua level. Rasulallah saw menginformasikan bahwa pada akhir zaman sedikit umara yang adil, fuqoha yang jujur, para penceramah yang ikhlas (tidak riya) dan para qori yang memahami selain agama artinya mereka tidak mengerti ayat yang dibacanya. Mereka telah menggadaikan agama dengan dunia. mereka memakan dunia seperti api memakan kayu bakar.  Apabila kondisi seperti ini, maka bencana akan datang silih berganti sebagai teguran, peringatan atau mungkin juga siksaan. Seandainya mereka tahu tentang hakikat dunia dan akhirat tentu manusia akan menghentikan kerakusannya itu, namun sayangnya pada akhir zaman umat dilanda kebodohan hingga mereka berprilaku seperti binatang.  Kondisi tersesatnya umat pada akhir zaman digambarkan oleh Rasulallah saw dengan sabdanya:

إن الله لا يقبض العلم انتزاعا ينتزعه من الناس ولكن يقبض العلماء فإذا ذهب العلماء اتخذ الناس رؤساء جهالا فسئلوا فأفتوا بغير علم فضلوا وأضلوا عن سواء السبيل

Dari Abu Hurairah, Rasulallah saw bersada: Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu dengan mengangkatnya dari manusia tetapi dengan mencabut para ulama,  apabila para ulama telah pergi maka manusia menjadi pemimpin yang bodoh, mereka ditanya, lalu memberi fatwa tanpa ilmu, maka mereka tersesat dan menyesatkan dari jalan ya ng benar. Kanzu al Ummal, jld. 207)

Pada hadis kelima ini, Rasulallah saw memperumpamakan kerakusan manusia terhadap dunia seperti kerakusan hewan memakan rumput di tanah. Hewan memakan rumput tanpa berpikir, tanpa memilih yang baik atau tidak, hewan memakan makanan tanpa akal. Manusia pada akhir zaman akan seperti hewan, kerakusannya memakan dunia tanpa akal, tanpa memperdulikan halal dan haram. Semua karena kebodohan mereka dalam memahami hakikat kehidupan.


Hadis keenam


عَنْ عُقْبَةَ بْنِ نَافِعٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ إِذَا أَحَبَّ عَبْدًا حَمَاهُ الدُّنْيَا كَمَا يَحْمِي أَحَدُكُمْ مَرِيضَهُ الْمَاءَ لِيُشْفَى

Dari Uqbah bin Nafi’ bahwa nabi saw bersabda: Sesungguhnya Alah Azza wa Jalla apabila mencintai seorang hamba, akan melindunginya dari dunia sebagaimana seseorang diantaramu melindungi penyakitkan dengan air supaya sembuh.(HR al Hakim)

عَنْ مَحْمُودِ بْنِ لَبِيدٍ  عَنْ رَافِعِ بْنِ خَدِيجٍ  رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ  قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم : إِنَّ اللَّهَ  عَزَّ وَجَلَّ  إِذَا أَحَبَّ عَبْدًا حَمَاهُ الدُّنْيَا كَمَا يَظَلُّ أَحَدُكُمْ يَحْمِي سَقِيمَهُ الْمَاءَ. رَوَاهُ أَحْمَدُ بْنُ مَنَيْعٍ

Dari Mahmud bin Labib dari Rafi’ bin Khadij ra berkata, Rasulallah saw bersabda: Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla apabila mencintai seorang hamba, Dia akan melindunginya dari dunia sebagaimana seseorang melindungi sakitnya dengan air. (HR Ahmad bin Mani’)

عَنْ مَحْمُودِ بْنِ لَبِيدٍ  عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم كَانَ يَقُولُ: إِذَا أَحَبَّ اللَّهُ عَبْدًا حَمَاهُ الدُّنْيَا كَمَا يَحْمِي أَحَدُكُمْ مَرِيضَهُ الْمَاءَ لِيَشْفِيَهُ.

Dari Mahmud bin Labib dari Uqbah bin Amir bahwa Rasulallah saw  bersabda: Sesungguhnya Alah Azza wa Jalla apabila mencintai seorang hamba, akan melindunginya dari dunia sebagaimana seseorang diantaramu melindungi penyakitkan dengan air supaya sembuh.(Ittihaf al khoirah al Mahrah, jld, jld, 7, hlm. 431))


Syarah Hadis

Hadis keenam mengisyaratkan cinta Allah kepada manusia dengan memberikan perlindungan kepada manusia dari mencintai dunia. karena cinta dunia adalah puncak segala kesalahan. Rasulallah saw bersabda: Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla apabila mencintai seorang hamba, akan melindunginya dari dunia, sebagaimana seseorang diantaramu menyembuhkan  penyakitnya dengan air supaya sembuh. Allah swt menjelaskan tentang dunia di dalam al Qur’an dengan berbagai perumpamaan. Diantaranya:

$tBur äo4quysø9$# !$uŠ÷R$!$# žwÎ) Ò=Ïès9 ×qôgs9ur ( â#¤$#s9ur äotÅzFy$# ׎öyz tûïÏ%©#Ïj9 tbqà)­Gtƒ 3 Ÿxsùr& tbqè=É)÷ès?
Ÿxsù (#qãZÎgs? (#þqããôs?ur n<Î) ÉOù=¡¡9$# ÞOçFRr&ur tböqn=ôãF{$# ª!$#ur öNä3yètB `s9ur óOä.uŽÏItƒ öNä3n=»uHùår&

Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? (QS al An’am/6:32)


$yJ¯RÎ) äo4quŠysø9$# $u÷R9$# Ò=Ïès9 ×qôgs9ur 4 bÎ)ur (#qãZÏB÷sè? (#qà)­Gs?ur ö/ä3Ï?÷sムöNä.uqã_é& Ÿwur öNä3ù=t«ó¡o öNä3s9ºuqøBr&
Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. dan jika kamu beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan pahala keppadamu dan dia tidak akan memint harta-hartamu.(QS Muhammad/47:36)


(#þqßJn=ôã$# $yJ¯Rr& äo4quysø9$# $u÷R9$# Ò=Ïès9 ×qølm;ur ×puZƒÎur 7äz$xÿs?ur öNä3oY÷t/ ֍èO%s3s?ur Îû ÉAºuqøBF{$# Ï»s9÷rF{$#ur ( È@sVyJx. B]øxî |=yfôãr& u$¤ÿä3ø9$# ¼çmè?$t7tR §NèO ßkÍku çm1uŽtIsù #vxÿóÁãB §NèO ãbqä3tƒ $VJ»sÜãm ( Îûur ÍotÅzFy$# Ò>#xtã ÓƒÏx© ×otÏÿøótBur z`ÏiB «!$# ×bºuqôÊÍur 4 $tBur äo4quysø9$# !$u÷R$!$# žwÎ) ßì»tFtB Írãäóø9$#

Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning Kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.(al Hadid/57:20)

Ayat-ayat diatas menginformasikan bahwa dunia adalah sebagai berikut: Pertama, dunia adalah peremainan dan senda gurau. Menurut al Raghib al Isfahani makna laibun berasal dari kata al lu’ab artinya ludah, maka asal dari kata lu’ab adalah ludah yang mengalir. Kata laibun berasal dari kata lai’ba–yal’abu–lai’ban artinya pekerjaan yang tidak dimaksud dengan tujuan yang benar.[5] Maka lai’bun artinya sandiwara yaitu acting yang dilakukan bukan untuk tujuan yang sesungguhnya. Sedangkan lahwun artinya hiburan atau senda gurau.
Kedua, dunia adalah zinatun artinya perhiasan. Perhiasan yang hakiki atau al zinat al hakikiyat adalah segala sesuatu yang tidak membuat cacat manusia dari sesuatu, baik keadaan di dunia maupun di akhirat. Perhiasan menurut Isfahani dibagi tiga yaitu  zinatun nafsi, perhiasan batini seperti ilmu pengetahuan dan akidah yang lurus dan sebagainya. Zinatun badaniyatun, perhiasan badan seperti kekuatan fisik dan sebagainya.  Dan zinatun khorojiyatun, perhiasan luar seperti  harta, kedudukan  dan sebagainya,[6]
Ketiga, dunia adalah tafakhorun, sarana bermegah-megahan dan membanggakan diri. Tabari mencatat tentang kesombongan Yahudi, Nasrani dan Muslim. Orang Yahudi berkata, baitul maqdis lebih utama daripada ka’bah dan kaum muslimin  berkata, ka’bah lebih utama daripada baitul maqdis. Orang Nasrani berkata, nabi kami adalah lebih dahulu daripada nabi kalian, kitab kami lebih dahulu daripada kitab kalian. Orang muslim berkata, nabi kami adalah penutup para nabi dan kitab kami adalah mencakup seluruh kitab.[7]  Manusia di dunia dengan sedikit karunia yang Allah limpahkan kepadanya melahirkan kesombongan dan saling membanggakan diri.
Keempat, dunia artinya takatsur, saling memperbanyak.manusia merasa bangga apabila mempunyai sesuatu yang lebih dari orang lain. Banyak harta, banyak anak, banyak kedudukan dan sebagainya mengakibatkan kesombongan yang mengantarkannya kepada penyesalan yang tiada berakhir.
Dunia bagaikan sebuah tanaman yang disiram hujan lalu subur menghijau, menguning, lalu hancur. Hidup manusia di dunia juga seperti itu, terlahir, dibesarkan, tua dan akhirnya mati. Allah swt berfirman:

ª!$# Ï%©!$# Nä3s)n=s{ `ÏiB 7#÷è|Ê ¢OèO Ÿ@yèy_ .`ÏB Ï÷èt/ 7#÷è|Ê Zo§qè% ¢OèO Ÿ@yèy_ .`ÏB Ï÷èt/ ;o§qè% $Zÿ÷è|Ê Zpt7øŠx©ur 4 ß,è=øƒs $tB âä!$t±o ( uqèdur ÞOŠÎ=yèø9$# ㍃Ïs)ø9$#

Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu, lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.(QS al Rum/30:54)

Rasulallah saw menginformasikan bahwa salah satu tanda kecintaan Allah Ta’ala kepada hamba-Nya adalah Dia menghindari manusia dari cinta kepada dunia yang penipu. Dengan cinta Allah Ta’ala, manusia akan selamat dari tipu daya dunia yang seringkali menjerumuskan manusia dengan prilaku hewani. Saat tidak mampu memfungsikan akal, hati dan pendengaran dan pengliharannya dengan cermat, maka manusia akan jatuh kepada prilaku hewani bahkan lebih sesat dari hewan. Allah swt menegaskan.

ôs)s9ur $tRù&usŒ zO¨YygyfÏ9 #ZŽÏWŸ2 šÆÏiB Çd`Ågø:$# ħRM}$#ur ( öNçlm; Ò>qè=è% žw šcqßgs)øÿtƒ $pkÍ5 öNçlm;ur ×ûãüôãr& žw tbrçŽÅÇö7ム$pkÍ5 öNçlm;ur ×b#sŒ#uä žw tbqãèuKó¡o !$pkÍ5 4 y7Í´¯»s9'ré& ÉO»yè÷RF{$%x. ö@t/ öNèd @|Êr& 4 y7Í´¯»s9'ré& ãNèd šcqè=Ïÿ»tóø9$#
Dan sesungguhnya Kami menjadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.(QS. Al A’raf/7:179)


Hadis ketujuh


قَالَ رَسُولُ الله صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم: إِنَّ الله قَسَمَ بَيْنَكُمْ أَخْلاَقَكُمْ كَمَا قَسَمَ بَيْنَكُمْ أَرْزَاقَكُمْ وَإِنَّ الله عَزَّ وَجَلَّ يُعْطِي الدُّنْيَا مَنْ يُحِبُّ وَمَنْ لاَ يُحِبُّ وَلاَ يُعْطِي الدِّينَ إِلاَّ مَنْ يُحِبُّ فَمَنْ أَعْطَاهُ الله الدِّينَ فَقَطْ فَقَدْ أَحَبَّهُ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لاَ يُسْلِمُ عَبْدٌ حَتَّى يُسْلِمَ قَلْبُهُ وَلِسَانُهُ

Rasulallah saw bersabda: Sesungguhnya Allah membagikan diantaramu akhlakmu sebagaimana  Dia membagikan rizkimu. Dan sesungguhnya Allah Azza wa Jalla akan memberikan dunia kepada orang yang dicintainya dan yang tidak dicintainya, namun Dia tidak memberikan akhirat kecuali kepada orang yang dicintai-Nya. Siapa yang diberikan agama saja, berarti sungguh Dia telah mencintainya, Demi jiwaku yang ada dalam genggaman-Nya, seorang belum berserah diri dengan sebenarnya hingga hati dan lisannya berserah diri. (HR Ahmad)


Syarah Hadis

Hadis ketujuh, menjelaskan tentang cinta Allah Ta’ala kepada hamba-Nya. Rasulallah saw menginformasikan: Sesungguhnya Allah membagikan diantaramu akhlakmu sebagaimana  Dia membagikan rizkimu. Dan sesungguhnya Allah Azza wa Jalla akan memberikan dunia kepada orang yang dicintainya dan yang tidak dicintainya, namun Dia tidak memberikan akhirat kecuali kepada orang yang dicintai-Nya. Siapa yang diberikan agama saja, berarti sungguh Dia telah mencintainya, Demi jiwaku yang ada dalam genggaman-Nya, seorang belum berserah diri dengan sebenarnya hingga hati dan lisannya berserah diri.
Pada hadis keenam, Allah Ta’ala memberikan cinta-Nya kepada hamba-Nya dengan cara menghilangkan cinta hamba kepada dunia. Pada hadis ketujuh ini ada tiga golongan orang yang memperoleh cinta Allah Ta’ala. Pertama,  orang-orang  yang mengutamakan akhirat daripada dunia.  Karena Allah  Ta’ala tidak akan memberikan akhirat kecuali kepada hamba yang dicintai-Nya. Akhirat lebih baik daripada dunia dan orang yang memilih sesuatu yang terbaik untuk dirinya berarti dicintai oleh Allah swt Allah berfirman:

äotÅzFy$#ur ׎öyz Ç`yJÏj9 4s+¨?$# Ÿwur tbqßJn=ôàè? ¸xÏGsù

Akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun. (QS al Nisa/4:77)

äotÅzFy$#ur ׎öyz #s+ö/r&ur

 Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (QS. Al A’la/87:17)

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَتْ الْآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ وَمَنْ كَانَتْ الدُّنْيَا هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَفَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهُ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنْ الدُّنْيَا إِلَّا مَا قُدِّرَ لَهُ  (رواه الترمذي)

Dari Anas bin Malik berkata, Rasulallah saw bersabda: Siapa yang akhirat sebagai kepentingan utamanya, niscaya Allah menjadikannya kaya di dalam hatinya, dan  Dia mengumpulkan untuknya kandungannya dan dunia mendatanginya dalam keadaan marah. Dan siapa yang dunia menjadi kepentingan utamanya, niscaya Allah akan menjadikan fakir di kedua belah matanya dan akan dipisahkan kandungannya  dan dunia tidak datang kecuali memberatkannya. (HR Turmudji)

رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ كَانَتْ الدُّنْيَا هَمَّهُ فَرَّقَ اللَّهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنْ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ وَمَنْ كَانَتْ الْآخِرَةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللَّهُ لَهُ أَمْرَهُ وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ

Rasulallah saw bersabda: Siapa yang dunia menjadi keinginannya, niscaya Allah pisahkan urusannya, dijadikan kefakiran di kedua belah matanya dan tidak datang kepadanya dunia melainkan yang telah dicatatkan saja untuknya. Dan siapa yang menjadikan akhirat sebagai motifasinya, maka Allah akan kumpulkan untuknya semua urusannya, dijadikan kekayaan di hatinya dan dunia menghampirinya dengan kemarahan. (HR Ibnu Majah)

Orang yang cerdas adalah orang memilih yang terbaik untuk dirinya. Akhirat adalah lebih baik bagi orang yang bertakwa, karena akhirat adalah negeri memperoleh hasil sedangkan dunia negeri berusaha. Orang yang bertakwa akan selalu berusaha dan beramal soleh di dunia untuk memperoleh hasil yang banyak di akhirat, sedangkan orang yang lalai akan menjadikan dunia sebagai tempat kesenangan hingga melupakan akhirat.  Orang yang bertakwa akan memilih yang abadi daripada yang sementara. Dunia adalah ruang tamu kehidupan yang bersifat sementara sedangkan akhirat adalah negeri keabadian tempat semua makhluk kembali kepada Tuhannya sesuai dengan bekal yang dibawanya. Keberhasilan di dunia dan akhirat ditentukan oleh ilmu yang dimilikinya. Rasulallah saw bersabda:

خير الدنيا والاخرة مع العلم وشر الدنيا والاخرة مع الجهل

Rasulallah saw bersabda: Kebaikan dunia dan akhirat diperoleh dengan ilmu dan kejahatan dunia dan akhirat disebabkan oleh kebodohan.[8]

Orang yang dicintai oleh Allah Ta’ala adalah orang yang memilih akhirat dengan kecerdasannya. Dan orang yang pandai akan berpikir dengan kepandaiannya, berkata dengan ilmunya dan bertindak dengan pemikirannya. Oleh karen itu, Allah Ta’ala memberikan karunia yang besar kepada mereka yang memilih akhirat daripada dunia, yaitu berupa kebaikan dunia dan akhirat. Rasulallah saw bersabda:

عن ابن عباس  أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: أربع من أعطيهن فقد أعطي خير الدنيا والآخرة: قلبا شاكرا ولسانا ذاكرا  وبدنا على البلاء صابرا  وزوجة لا تبغيه خوفا في نفسها ولا ماله (رواه الطبراني)

Dari Ibnu Abbas bahwa Rasulallah saw bersabda: Ada empat golongan, siapa yang diberikannya, sungguh dia telah diberikan kebaikan dunia dan akhirat, yaitu orang yang hatinya selalu bersyukur, lisannya yang selalu berzikir, badan yang sabar dengan cobaan dan seseorang yang mempunyai isteri yang tidak berbuat maksiat karena takut dalam menjaga dirinya dan harta suaminya. (HR Tabrani)

Kedua, tanda orang yang dicintai oleh Allah adalah mereka yang diberikan agama oleh-Nya. Rasulallah saw bersabda:

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ وَإِنَّمَا الْعِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ

Rasulallah saw bersabda: Siapa yang dikehendaki Allah menjadi orang baik, maka diberikan kepadanya pemahaman tentang agama. Sesungguhnya ilmu itu hanya dengan belajra. (HR Bukhori)

Al Din  atau agama secara etimologi artinya tunduk dan taat. Orang yang beragama adalah mereka yang tunduk dan taat kepada Allah swt dan Rasul-Nya. Seseorang yang taat kepada Allah Ta’ala sungguh telah memperoleh cinta dan kasih-sayang-Nya.  Agama juga berarti akal. Rasulallah saw bersabda: Agama itu akal dan tidak ada agama bagi orang yang tidak berakal. Akal merupakan makhluk yang paling dicintai oleh Allah. Rasuallah saw bersabda:

عن أبي هريرة  عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: لما خلق الله تعالى العقل قال له: قم فقام ثم قال له: أدبر فأدبر ثم قال له: أقبل فأقبل ثم قال له: اقعد فقعد فقال عز وجل: ما خلقت خلقا خيرا منك ولا أكرم منك ولا أفضل منك ولا أحسن منك بك آخذ وبك أعطي وبك أعز وبك أعرف وإياك أعاتب بك الثواب وعليك العقاب
Dari Abu Hurairah dari Nabi saw bersabda: Tatkala Allah Ta’ala menciptakan akal, seraya berfirman kepada akal. Berdirilah, akalpun berdiri. Mundurlah, akalpun mundur. Kemudian Allah berfriman lagi, majulah, akalpun maju, kemudian Allah berfirman lagi, duduklah, akalpun duduk. Allah Azza wa Jalla berfirman:  Tidak Aku ciptakan makhluk yang lebih baik darimu, tidak ada yang lebih mulia darimu, tidak ada yang lebih utama darimu, tidak ada yang lebih baik darimu. Karena engkau Aku mengambil, karena engkau Aku memberi, karena engkau  Aku memuliakan, karena Aku memperkenalkan dan karena sebab engkau aku menyiksa dan karenamu, Aku memberi pahala dan karena engkau pula Aku memberi siksa.

Ketiga,  tanda orang yang dicintai oleh Allah Ta’ala adalah mereka yang berserah diri kepada-Nya dan tanda berserah diri yang sesungguhnya adalah ketundukan dan kepasrahan hati dan lisan hanya kepada-Nya. Gerakan badan, baik dan buruk merupakan cermin hati seseorang. Oleh karena itu, kepasrahan yang sesungguhnya  adalah kepasrahan hati. Rasulallah saw berpesan:

وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

Sesungguhnya di dalam jasad ada segumpal darah, apabila dia baik, maka baiklah seluruh tubuh dan apabila dia rusak, maka rusak pula seluruh tubuh. Ketahuilah dia adalah hati. (HR Bukhori)

Orang yang hatinya sehat, maka semua gerak dan langkahnya cermin dari hatinya. Oleh karena itu, mereka yang hatinya sehat semua geraknya menjadi amal soleh. Amal baik hanya akan keluar dari hati yang baik dan semua amal buruk keluar dari orang-orang rusak hatinya. Tanda kecintaan kepada Allah yang hakiki adalah kepasrahan yang keluar dari ketulusan hati, bukan sekedar dari pernyataan lisan. Pepatah mengatakan, perkataan cermin kapasitas intelektual seseorang, maka orang yang cerdas akan berpikir dengan kecerdasannya, akan berkata dengan kecerdasannya dan akan berbuat dengan kecerdasannya, sedangkan orang bodoh akan berpikir dengan kebodohannya, berkata dengan kebodohannya dan bertindak dengan kebodohannya. Apabila seseorang menanam kebaikan di dalam hatinya, maka dari hati yang bersih akan keluar perkataan dan  perbuatan yang bersih, sebaliknya apabila hati seseoorang penuh dengan perasaan dendam, hasad, riya dan sebagainya, maka apabila ada kebaikan yang keluar dari lisannya merupakan kepura-puraan belaka.

عن أبي سعيد الخدري قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: اطلبوا الفضل إلى الرحماء من أمتي  تعيشوا في أكنافهم  ولا تطلبوها من القاسية قلوبهم  فإنهم ينتظرون سخطي

Dari Abu  Said al Khudri berkata, Rasulallah saw bersabda: Carilah keutamaan dari orang-orang yang penyayang dari umatku, niscaya kamu akan  hidup dalam penjagaan mereka  dan janganlah kamu mencarinya dari orang yang keras hatinya, karena sesungguhnya mereka sedang  menunggu murkaku. (HR Tabarani)

Rasulallah saw berpesan bahwa orang yang yang keras hatinya tidak akan melahirkan kebaikan tetapi kemurkaan. Oleh karena itu, keutamaan hanya diperoleh dari orang-orang yang hatinya penuh kasih sayang. Karena dari orang-orang penuh kasih sayang akan melahirkan sifat penyayang. Rasulallah saw juga menegaskan bahwa kegelapan hati akibat dari perbuatan salah yang selalu dilakukan, apabila seseorang sering melakukan kesalahan, maka hatinya akan menjadi hitam.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Dari Abu Hurairah, dari Nabi saw bersabda: Sesungguhnya seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, niscaya akan tertoda hatinya dengan titik hitam, apabila dai mencabutnya dan memohon ampun serta bertaubat, niscaya hatinya akan mengkilap dan jika dia kembali melakukan kesalahan, niscaya akan bertambah titik hitam itu dan hatinya terutup, yaitu terutup hati sebagaimana disebutkan oleh Allah:  Sekali-kali tidak (demikian), Sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka. (QS alMuthoffifin/83:14)

عن أبي عبيدة بن الجراح رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : إن قلب ابن آدم مثل العصفور يتقلب في اليوم سبع مرات

Dari Abu Ubaidah bin al Jarah ra bahwa Rasulallah saw bersabda: Sesungguhnya hati anak Adam itu bagaikan burung pipit yang bolak-balik dalam satu hari hingga tujuh kali.(HR Al Hakim dalam shohihnya)


Hadis kedelapan


رَسُولَ الله صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم يَقُولُ: إِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ شَبَعًا فِي الدُّنْيَا أَطْوَلُهُمْ جُوعًا فِي الآخِرَةِ يَا سَلْمَانُ إِنَّ الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ.

Rasulallah saw bersabda: Sesungguhnya manusia yang paling kenyang di dunia adalah yang paling panjang laparnya di akhirat. Ya Salman, sesungguhnya dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir.  (HR Ibnu Majah)

عن عباد قال حدثني عمي عن أبيه عن موسى الجهني عن زيد بن وهب عن عطية بن عامر الجهني  قال سمعت سلمان الفارسي  رضي الله عنه  و قد أكره على طعام فقال حسبي  إني سمعت رسول الله  صلى الله عليه و آله يقول إن أكثر الناس شبعا في الدنيا أكثرهم جوعا في الآخرة. يا سلمان إنما الدنيا سجن المؤمن و جنة الكافر.

Dari Ibad, berkata, pamanku telah menceritakan kepadaku dari ayahnya dari Musa lal Juhni dari Zaid bin Wahab dari Athiah bin Amir al Juhni berkata, aku mendengar Salman al Farisi ra sungguh tidak suka dengan makanan. Hasbi berkata, aku mendengar Rasulallah saw bersada: Sesungguhnya manusia yang  banyak kenyang di dunia, niscaya akan banyak lapar di akhirat. Ya Salman, sesungguhnya dunia itu penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir.(Al Hasan al Tusi dalam al Amali)

Syarah Hadis

 Hadis kedelapan, menjelaskan tentang antagoisme dunia dan akhirat. Rasulallah saw bersabda: Sesungguhnya manusia yang paling kenyang di dunia adalah yang paling panjang laparnya di akhirat. Ya Salman, sesungguhnya dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir   Didalam hadis lain, Rasulallah saw bersabda:

اتركوا الدنيا لأهلها فإنه من أخذ منها فوق ما يكفيه  أخذ من حتفه وهو لا يشعر

Rasulallah saw bersabda: Tinggalkanlah dunia untuk ahlinya, maka siapa yang mengambil dunia melebihi dari cukup, berarti ia telah mengambil kematian  dan dia tidak sadar.[9]

Dunia adalah ruang tamu kehidupan, maka jadilah engkau di dunia sebagai tamu. Diruang tamu, seseorang datang, mimun dan makan sejenak kemudian pergi  lagi karena tamu sementara. Atau dunia adalah pohon rindang untuk istirahat dari terik matahari, setelah rasa letih hilang, hendaknya segera berangkat lagi menuju tujuan yang sebenarnya. Oleh karena itu, jadikanlah dunia ini sederhana saja. Berikan dan manfaatkan dunia sekedarnya dan jangan berlebih-lebihan, karena siapa yang berlebihan menikmati dunia akan mati dengan sendirinya dalam keadaan tidak sadar. Dalam riwayat lain, Rasulallah saw menegaskan:

عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ  عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ  قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا لِي وَلِلدُّنْيَا ؟ إِنَّمَا مَثَلِي وَمَثَلُ الدُّنْيَا كَمَثَلِ رَاكِبٍ قَالَ فِي ظِلِّ شَجَرَةٍ فِي يَوْمٍ حَارٍّ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا

Dari Amer bin Murrah dari Ibrahim dari Alqomah dari Abdullah berkata.Rasulallah saw bersabda:  Bagaimanakah dunia bagiku? Sesungguhnya perumpamaanku dan dunia seperti orang yang mengendarai kendaraan, berlindung di bawah pohon pada hari yang panas, kemudian istirahat dan meninggalkannya.

خيركم من لم يترك آخرته لدنياه ولا دنياه لآخرته ولم يكن كلا على الناس

Sebaik-baik kamu adalah orang yang meninggalkan akhiratnya untuk dunianya dan meninggalkan dunianya untuk akhiratnya, dan tidak mungkin keduanya ada pada manusia.

 Untuk menjadi orang yang baik, seseorang harus memilih salah satu, mengejar dunia untuk akhirat atau mengejar akhirat untuk dunianya. Orang yang memilih dunia untuk akhirat  adalah orang yang berjuang di dunia untuk mengejar kebahagiaan akhirat. Sedangkan orang yang mengejar akhirat untuk dunianya, dia akan menggadaikan akhiratnya untuk kebahagiaan sejenak di dunia. Kedua pilihan itu mempunyai resiko. Mereka yang mendahulukan akhirat daripada dunia, maka dunianya akan susah karena dibatasi oleh aturan-aturan yang memaksa dirinya untuk menghindari semua yang diharamkan. Namun sebaliknya, mereka yang mendahulukan dunianya dengan meninggalkan akhiratnya, tidak akan merasakan kebahagiaan hakiki karena dunia hanyalah fatamorgana. Dalam hadis lain, Rasulallah saw bersabda: Manisnya dunia adalah kepahitan akhirat dan pahitnya dunia adalah manisnya akhirat.[10] Atau dalam bahasa lain, Rasulallah saw menegaskan bahwa mencintai dunia adalah puncak dari segala kesalahan. Allah Ta’ala berfirman:

Æ÷tGö/$#ur !$yJÏù š9t?#uä ª!$# u#¤$!$# notÅzFy$# ( Ÿwur š[Ys? y7t7ŠÅÁtR šÆÏB $u÷R9$# ( `Å¡ômr&ur !$yJŸ2 z`|¡ômr& ª!$# šøs9Î) ( Ÿwur Æ÷ö7s? yŠ$|¡xÿø9$# Îû ÇÚöF{$# ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä tûïÏÅ¡øÿßJø9$#

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.(QS. Al Qashash/28:77)

Tugas manusia adalah mencari berbagai karunia yang tersedia di dunia untuk meraih kebahagiaan hakiki di akhirat, karena kebahagiaan akhirat tidak akan mungkin dapat diperoleh tanpa kerja keras  di dunia, namun kesungguhan dan kerja keras untuk meraih kebahagiaan akhirat, tidak boleh menyebabkan seseorang melupakan dunianya. Karena mencintai dunia hanya akan menambah kesedihan dan duka sedangkan berteman dengan dunia hanya akan mengeraskan hati. Rasulallah saw bersabda:

إن الزهد في الدنيا يريح القلب والبدن وإن الرغبة في الدنيا تكثر الهم والحزن

Sesungguhnya zuhud terhadap dunia menyenangkan hati dan badan, sedangkan senang terhadap dunia  hanya akan memperbanyak kesusahan dan duka.

Rasulallah saw menegaskan bahwa dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan neraka bagi orang kafir. Maksud hadis ini adalah bahwa setiap mukmin terpenjaran dan terhalang di dunia untuk mengikuti syahwat yang diharamkan dan dimakruhkan. Menjalankan perintah agama memang memberatkan dan mati merupakan istirahat dari perjuangan itu. Saat tiba dihadapan Allah, maka diganti segala keletihan dan kesusahannya dengan nikmat yang abadi, Namun bagi orang kafir hasil dan kerja kerasnya tidak membawa apa-apa. Saat mereka berhadapan kepada Allah, maka kenikmatan dunia yang sedikit diganti dengan siksa yang abadi dan penyesalan yang tiada henti.


Hadis kesembilan,


قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم: مَنْ طَلَبَ الدُّنْيَا حَرَامًا مُكَاثِرًا مُفَاخِرًا مُرَائِيًا لَقِيَ اللَّهَ وَهُوَ عَلَيْهِ غَضْبَانُ وَمَنْ طَلَبَ الدُّنْيَا حَلاَلاً اسْتِعْفَافًا عَنِ الْمَسْأَلَةِ وَسَعْيًا عَلَى أَهْلِهِ وَتَعَطُّفًا عَلَى جَارِهِ لَقِيَ اللَّهَ وَوَجْهُهُ مِثْلُ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ.

Rasulallah saw bersabda: Siapa yang mencari dunia dengan cara yang haram, mengumpulkannya, membangga-banggakannya dan pamer, maka dia akan menjumpai Allah dan Allahpun marah kepadanya. Siapa yang mencari dunia dengan cara yang halal, menjaga dari masalah yang tidak baik, berusaha untuk keluarganya, berlaku baik kepada tetangganya, niscaya dia berjumpa dengan Allah dan  wajahnya bagaikan bulan pada malam badar.(al Musnad al Jami’ jld. 18 hlm. 101

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: أَظُنُّهُ مَرْفُوعًا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ طَلَبَ الدُّنْيَا حَلَالًا اسْتِعْفَافًا عَنْ مَسْأَلَةٍ  وَسَعْيًا عَلَى أَهْلِهِ  وَتَعَطُّفًا عَلَى جَارِهِ جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَوَجْهُهُ كَالْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ  وَمَنْ طَلَبَ الدُّنْيَا مُفَاخِرًا مُكَاثِرًا مُرَائِيًا لَقِيَ اللهَ وَهُوَ عَلَيْهِ غَضْبَانُ

Dari Abu Hurairah berkata, aku mengira hadis ini marfu’ berkata, Rasulallah saw bersabda: Siapa yang mencari dunia dengan cara yang halal, menjaga dari masalah yang tidak baik, berusaha untuk keluarganya, bersikap santun terhadap tetangganya, maka di akan datang pada hari kiamat, wajahnya bagaikan bulan purnama. Dan siapa yang mengejar dunia karena kesombongan, mengumpul-ngumpulkannya, serta pamer, maka saat berjumpa dengan Allah, Allahpun marah kepadanya. (jami’ al Ahadis, jld. 21, hlm. 39)


Syarah Hadis

            Hadis kesembilan menjelaskan tentang cara memperoleh dunia. Siapa yang memperoleh dunia dengan cara yang haram, mengumpulkannya, membangga-banggakannya serta pamer kepada manusia, maka saat berjumpa dengan-Nya, Allahpun akan marah kepadanya. Sebaliknya, orang yang  mencari dunia dengan cara yang halal, menjaga dirinya dari segala masalah yang tidak dibenarkan agama, berusaha untuk keluarganya serta berbuat baik kepada tetangganya, maka saat berjumpa dengan-Nya,  Allahpun akan tersenyum kepadanya.
            Rasulallah saw bersabda: Allah Ta’ala mewajibkan berusaha, maka berusahalah. Dalam hadis yang lain, Rasulallah saw bersabda: Jihad itu bukan hanya membunuh seseorang dengan pedangnya di jalan Allah, tetapi  sesungguhnya jihad adalah berusaha untuk kedua orang tua dan anak-anaknya. Malik berkata yang dimaksud dengan al sa’yu atau berusaha adalah berbuat dan bekerja untuk memperoleh sesuatu. Setiap orang wajib berusaha yaitu berbuat dan bekerja untuk memperoleh sesuatu selama tinggal di dunia. Dunia adalah ladang akhirat dan setiap manusia yang hendak memperoleh hasil di akhirat, maka dia harus berbuat dan bekerja di dunia dengan sungguh-sungguh. Rasulallah saw bersabda: Siapa yang berusaha mencari sesuatu dengan sungguh-sungguh, niscaya akan mendapatkannya.

حدثنا وكيع عن سفيان عن أبي حيان عن عكرمة قال السعي العمل.

Telah menceritakan kepada kami waki’ dari Sufyan dari Abu Hibban dari Ikrimah berkata bahwa al sa’yu adalah bekerja.

عن أبي بن كعب رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: بشر أمتي بالسناء والرفعة والتمكين في البلاد ما لم يطلبوا الدنيا بعمل الآخرة  فمن طلب الدنيا بعمل الآخرة لم يكن له في الآخرة من نصيب هذا حديث صحيح الإسناد

Dari Ubay bin Ka’ab ra berkata, Rasulallah saw bersabda: Berilah khabar gembira kepada kaum wanita dari umatku dengan kemuliaan dan ketenangan di suatu negeri selama mereka tidak mengejar dunia dengan amal akhirat. Maka siapa yang mengejar dunia dengan amal akhirat, niscaya dia tidak akan mendapat bagiannya di akhirat. (hadis ini sanadnya sohih)

Derajat yang tinggi, kemuliaan dan ketenangan dapat diperoleh selama manusia mengejarnya dengan  amal soleh. Apabila manusia mengejar kedudukan yang tinggi,  kemuliaan dan ketenangan dengan cara menggadaikan agama atau tidak memperdulikan aturan-aturan agama, maka dia tidak akan mandapat ketinggian, kemuliaan dan ketenganan yang hakiki di dunia bahkan di akhirat dia tidak mendapatkan  kebaikan sedikitpun.

Sebagai fasilitas dan sarana mengabdi kepada Allah, dunia diperlukan dan setiap manusia harus memiliki dan menguasainya, Adapun tujuan menguasai dunia bukan untuk kepentingan dunia melainkan untuk mencapai kepentingan akhirat yaitu kebahagiaan hakiki. Harta yang cukup yang diperoleh dengan cara yang halal dan digunakan untuk kepentingan diri sendiri, keluarga dan masyarakat, maka kebahagiaan sejati akan diperolehnya dan manisnya iman akan dirasakannya. Namun, kecukupan harta yang diperoleh dengan cara yang tidak halal dan digunakan untuk kesenangan duniawi, maka hakikat kesenangan tidak akan pernah dia peroleh. Betapa banyak mata kita menyaksikan manusia  yang tertipu dengan kegemerlapan dunia, belum selesai harta yang tidak halal itu dia nikmati, bencana telah menghampirinya. Para koruptor yang menghabiskan dan menyia-nyiakan jabatannya, mengumpulkan harta, membangga-banggakannya dengan kemewahan dunia, sombong dan pamer, belum sempat dinikmati hasil korupsinya, tiba-tiba terkena kasus Tindak Pidana Korupsi dan akhirnya hartanya tidak dapat membelanya sedikitpun, bahkan sebaliknya harta itu menjadi saksi atas kebodohan dan kesalahannya. Dunia bagi orang yang seperti itu dijelaskan oleh Rasulallah saaw:

حدثنا حسين بن محمد ثنا دويد عن أبي إسحاق عن رسول الله صلي الله عليه واله وسلم يقول: الدنيا دار من لا دار له ومال من لا مال له ولها يجمع من لا عقل له

Rasulallah saw bersabda:  Dunia adalah rumah bagi orang yang tidak mempunyقai rumah dan dunia adalah harta bagi orang yang tidak mempunyai harta, dan dunia adalah tempat berkumpulnya orang-orang yang tidak mempunyai akal.

عَنْ زُرْعَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: الدُّنْيَا دَارُ مَنْ لا دَارَ لَهُ وَلَهَا يَجْمَعُ مَنْ لا عَقْلَ لَهُ.

Dari Zur’ah dari Aisyah  berkata: Rasulallah saw bersabda: Dunia adalah rumah bagi orang yang tidak mempunyai rumah  dan dunia adalah tempat berkumpulnya orang-orang yang tidak berakal, (Ahmad ibn Hambal, Musnad Ahmad Ibn Hambal, jilid, 6, hlm. 71)

Orang yang bekerja keras meraih dunia tanpa memperdulikan halal-haram, sesungguhnya dia tidak mempunyai rumah di dunia ini dan sesungguhnya mereka sedang berkumpul dengan orang-orang yang tidak berakal. Sebab orang yang berakal tidak akan mungkin menggadaikan yang besar untuk keuntungan yang kecil. Orang yang cerdas tidak akan pernah menukar agamanya dengan kenikmatan dunia yang sejenak.
 Imam Ali berpesan: janganlah engkau menjadi orang yang mengharap akhirat tanpa amal, ingin taubat dengan panjang angan-angan, berbicara tentang dunia dengan pembicaraan orang zuhud, namun beramal dengan amal para mencinta dunia. Jika diberikan dunia, tidak merasa kenyang dan bila tidak diberikan tidak pernah merasa cukup. Lemah sekali bersyukur terhadap karunia yang diberikannya dan selalu mengharap lebih dari apa yang tersisa. Tidak melarang supaya tidak berhenti dan memerintah sesuatu yang tidak dikerjakannya . dia mencintai orang-orang soleh tetapi tidak beramal seperti amal mereka. Dia membenci para pendosa , namun salah seorang diantaramu membenci kematian dengan memperbanyak dosa dan  mengerjakan apa yang menyebabkan kematian padahal dia membenci kematian. Jika sakit mengeluh, namun saat sembuh lupa diri, dia mengagumi saat dirinya sehat dan keluh kesah bila ditimpa musibah, apabila cobaan menimpa dirinya merintih,  namun bila cobaaan itu pergi, diapun melupakan diri.
Didalam hadis dijelaskan bahwa dalam mengejar dunia, seseorang harus memperhatikan beberapa hal agar tidak tertipu dengan dunia itu sendiri. Pertama, dalam mengejar dunianya , seorang hamba tidak boleh keluar dari koridor halal. Diriwayatkan dari Ismail bin Muhammad al Ahmasi, Mufadhdhal bin Soleh al Asadi menceritakan kepada kami dari Abu Ishak dari Hanasy berkata, aku melihat Abu Dzar yang sedang memegang pintu ka’bah seraya berkata, Hai manusia siapakah yang mengenalku? Dan aku,  siapa yang kalian kenal? Dan siapa pula yang mengingkariku (tidak mengenalku)?  Aku adalah Abu Dzar  aku mendengar Rasulallah saw bersabda: Perumpamaan keluargaku (ahlul baitku)  diantara kalian adalah seperti perumpamaan perahu nabi Nuh, siapa yang menaikinya, pasti selamat dan siapa yang meninggalkannya, pasti celaka. Dalam kesempatan lain, Abu Dzar bersandar di dinding ka’bah seraya berkata, Bagaimana menurut pendapat kalian apabila ada seseorang yang hendak berpergian, tidakkah dia membutuhkan bekal untuk kemashlahatannya? Safar ini adalah safar akhirat,  maka perbanyaklah bekal yang dapat memberi manfaat pada dirimu.Lalu seorang laki-laki berdiri seraya bertanya, apakah bekal yang dapat bermanfaat dalam perjalanan akhirat? Abu Dzar menjawab: Berargumentasilah dengan argumentasi yang kuat dalam urusan yang besar. Berpuasalah satu hari pada hari yang sangat panas untuk keselamatan di padang mahsyar. Shalatlah dua raka’at di malam hari untuk menjaga dari kegelapan kubur. Ucapkanlah dengan kata-kata yang baik, diamlah dari kata-kata yang buruk, bersedekahlah kepada orang miskin semoga engkau selamat di hari kesulitan.  Jadikanlah dunia menjadi dua majlis yaitu majis untuk mencari yang halal dan majlis untuk mencari akhirat dan yang ketiga mudarat dan tidak bermanfaat. Jadikanlah hartamu menjadi dua bagian, satu dirham untuk infak terhadap keluargamu dan satu dirham untuk akhiratmu dan yang ketiganya mudarat dan tidak bermanfaat. [11]

عَنْ أبي عبد الله النُّعْمانِِ بْنِ بَشِيرٍ رضيَ الله عَنهُ قالَ : سَمِعتُ رَسُولَ الله صَلى الله عليهِ وسَلَّم يقُول: إنَّ الحلال بَيِّنٌ وإِنَّ الحَرامَ بَيِّنٌ وبَينَهُما أَمُورٌ مُشْتَبِهاتُ  لا يعْلَمُهُنَّ كَثِير مِنَ النَّاسِ  فَمَنْ اتَّقى الشُّبهاتِ فَقَدْ اسْتَبْرَأَ لِدينِه وَعِرْضِهِ  وَمَنْ وَقَعَ في الشُّبهاتِ وَقَع في الحَرَامِ  رَوَاه البُخارِي وَمُسْلِم .

Dari Abu Abdillah al Nu’man bin Basyir ra berkata, aku mendengar Rasulallah saw bersbda: Sesungguhnya yang halal terlah jelas dan haram telah jelas dan diantara keduanya adalah syubhat, tidak banyak manusia yang mengetahuinya. Siapa yang memelihara dirinya dari yang syubhat, sungguh dia akan terbebas untuk agama dan hartanya dan siapa yang jatuh  ke dalam hal yang syubhat, niscaya dia akan jatuh kedalam yang diharamkan. (HR Bukhori Muslim)

Kedua, memberi manfaat kepada keluarganya dan santun kepada tetangga. Sebaik-baik manusia adalah mereka yang lebih bermanfaat bagi sesama. Tujuan diturunkannya syari’at adalah untuk kemaslahatan dan kebaikan umat manusia. Rasulallah saw bersabda:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ  رَضِيَ الله عَنْهُمَا قَالَ : سُئِلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم : مَنْ خَيْرُ النَّاسِ ؟ قَال: أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ.

Dari ibnu Abbas ra berkata, Rasulallah saw ditanya tentang, siapakah manusia yang baik itu? Rasulallah saw menjawab: Orang yang paling bermanfaat bagi manusia.

عن بن عمر أن رجلا جاء إلى رسول الله صلى الله عليه و سلم فقال يا رسول الله أي الناس أحب إلى الله وأي الأعمال أحب إلى الله عز و جل فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم أحب الناس إلى الله أنفعهم للناس وأحب الأعمال إلى الله سرور تدخله على مسلم أو تكشف عنه كربة أو تقضي عنه دينا أو تطرد عنه جوعا

Dari Ibnu Umar bahw seorang laki-laki datang kepada Rasulallah saaw dan bertanya, ya Rasulallah manusia manakah yang paling dicintai oleh Allah dan amal apakah yang paling disukai oleh Allah? Rasulallah saw bersabda: Manusia yang paling dicitai oleh Allah adalah mereka yang paling bermanfaat kepada manusia dan amal yang paling disukai Allah adalah  kebahagiaan yang dimasukkan kedalam hati orang muslim,  membuka kesulitan orang lain atau membayar hutangnya serta menghilangkan kelaparannya.

Ketiga, tujuannya bukan untuk kesombongan, mengumpul-ngumpulkannya, serta pamer. Kesombongan, mengumpul-ngumpulkan harta dan pamer kepada manusia hanya akan melahirkan kemurkaan dan kemarahan Allah kepadanya. Orang yang mendapat murka Allah adalah akibat kemurkaan dirinya kepada orang lain. Nabi berpesan,  seorang wanita mendapat murka Allah karena dia memarahi anak yatim. Marah dan murka kepada keluarga Rasulallah saw akan menyebabkan murka Allah kepadanya.  Rasulallah saw bersabda:

عن علي رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه و سلم : أنه قال لفاطمة رضي الله عنها ان الله يغضب لغضبك ويرضى لرضاك

Dari Ali ra dari Nabi saw bersabda kepada Fathiman ra, sesungguhnya Allah akan murka kepada orang yang marah kepada engkau  dan Allah akan ridho dan senang kepada orang yang ridho dan senang kepadamu.

ãNä39ygø9r& ãèO%s3­G9$# ÇÊÈ 4Ó®Lym ãLänöã tÎ/$s)yJø9$# ÇËÈ žxx. šôqy tbqßJn=÷ès? ÇÌÈ §NèO žxx. t$ôqy tbqßJn=÷ès? ÇÍÈ žxx. öqs9 tbqßJn=÷ès? zNù=Ïæ ÈûüÉ)uø9$# ÇÎÈ žcãruŽtIs9 zOŠÅspgø:$# ÇÏÈ ¢OèO $pk¨XãruŽtIs9 šú÷ütã ÈûüÉ)uø9$# ÇÐÈ ¢OèO £`è=t«ó¡çFs9 >ͳtBöqtƒ Ç`tã ÉOŠÏè¨Z9$# ÇÑÈ

Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim,  dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin, kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu). (QS. Al Takatsur/112:18)


Menurut Al Faidh al Kasyani, kesibukan manusia dalam mencari harta serta bangga dengan karunia Allah yang dilimpahkan kepadanya sering kali membuat manusia menjadi sombong. Puncak dari kelalaiannya itu adalah kesadaran yang baru datang setelah kubur menjadi rumahnya.











[1] , Shofwat al shofwah, jilid, 1, hal. 55
[2] . Qurtubi, al Dibaj ala Muslim, jld, 3, hlm. 81
[3] .Qurtubi, Tafsir Qurtubi, jld. 6, hlm. 244
[4] . Jami al ulum wa al Hikam, hadis ke empat puluh, jld, 40, hllm. 2
[5] . al Raghib al Isfahani, Mufradat alfadz al Qur’an, hlm. 740
[6] . Ibid, hlm. 388
[7] . Qurtubi, Tafsir al Qurtubi, jld. 5, hlm. 397
[8].  Nahju al Fashohah, jld. 1, hlm. 36
[9] .  Faiz al Qadir, jld, 1, hlm. 154
[10] .Musnad Ahnad bin Hambal, jld. 5, hlm. 342
[11] . Akhbar Mekah  lil Fakihi, jld. 5, hlm. 105

Tidak ada komentar:

Posting Komentar